Daerah

Begini Cara GP Ansor Cegah Perdagangan Orang

Ahad, 8 Februari 2015 | 00:00 WIB

Way Kanan-Lampung, NU Online
Sebagai upaya nyata berpartisipasi aktif mengkampanyekan migrasi aman dan mencegah terjadinya perdagangan orang, Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Way Kanan di Provinsi Lampung menggelar lomba baca puisi yang mengisahkan lika-liku hingga penderitaan buruh migran sebagai peringatan pentingnya perlindungan bagi calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) baik dari sisi internal (calon pekerja) atau sisi eksternal (pemerintah).<>

"Lomba ini bisa diikuti seluruh pelajar SMA sederajat di Indonesia. Peserta bisa mengupload pembacaan puisi melalui youtube dengan hastag atau tanda pagar #AnsorProMigrasiAman dikuti nama lengkap peserta dan selanjutnya link video dikirim ke email gpansorwaykanan@gmail.com dengan subject: Pro Migrasi Aman," ujar Direktur Program Ansor Digdaya (Mendidik Generasi Memberdayakan Masyarakat) Kabupaten Way Kanan Heri Amanudin di Blambangan Umpu, Ahad (8/2).

Ia melanjutkan, pada saat pengiriman link video, peserta diharuskan melampirkan (attachment) biodata lengkap berikut foto diri.

"Link pembacaan puisi diterima panitia selambat-lambatnya pada 27 Februari 2015 pukul 23.00 WIB," ujarnya.

Puisi-puisi yang ditetapkan panitia untuk dibaca peserta ialah "Soli Gadis Sumba" karya Rieke Dyah Pitaloka, "Balada TKI" karya Heru Sutadi, "Elegi Nirmala Bonet" karya Mega Vristian dan "Intan Terpendam" karya Dinda Astri seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Lampung-Indonesia.

Satu peserta hanya boleh membaca dan mengupload satu dari puisi-puisi ditetapkan panitia yang bisa dicari melalui google dan selanjutnya akan dinilai oleh dewan juri berkompeten secara on line, seperti Irman Syah, penyair, aktor dan performer kelahiran Magek, Sumatera Barat yang bergiat di Komunitas Satra Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat dan Komunitas Planet Senen, Jakarta.

Lalu Oyos Saroso HN, penyair dan jurnalis kelahiran Purworejo, Jawa Tengah yang hingga kini mewarnai denyut kehidupan sastra di Lampung. Kemudian Faisal Riza, pantomimer, teaterawan, dan aktivis pendamping anak-anak buruh migran di Ledokombo, Jember, Jawa Timur yang mengenyam pendidikan di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia (Asdrafi) serta Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta.

"Sebagai organisasi yang tak lelah meyakini NKRI Harga Mati! Maka sudah menjadi keharusan bagi kami, pemuda Nahdlatul Ulama atau NU untuk berperan aktif terlibat dalam gerakan-gerakan yang membawa kemaslahatan bagi masyarakat bangsa Indonesia," katanya pula.

Lomba yang terselenggara atas kerjasama dengan International Organization for Migration (IOM) Indonesia dan Justice Peace Integrity of Creation (JPIC) FSGM tersebut memperebutkan total hadiah Rp1.500.000, trophy serta sertifikat bagi tiga pemenang. "Juara pertama Rp750 ribu, juara kedua Rp500 ribu dan juara ketiga Rp250 ribu," papar Heri.

Dewan juri akan menilai pembacaan puisi berdasarkan penghayatan/mimik(ekspresi dalam menyampaikan puisi, raut muka dan gerak tubuh, lalu intonasi(nada yang tepat dan teratur disesuaikan dengan rima), selanjutnya pelafalan (pembeda vokal dan konsonan yang dipertegas menonjolkan karakteristik puisi), kemudian penampilan (busana, sikap percaya diri).

"Pembacaan puisi bisa diiringi alat musik seperti gitar, piano atau seruling. Penilaian juri antara 0—100 dan keputusan tersebut bersifat mutlak atau tidak dapat diganggu gugat. Pengumunan pemenang dilakukan pada 7 Maret 2015 melalui media online dan cetak," ujar Heri lagi.

Adapun pengambilan video pembacaan puisi boleh menggunakan kamera HP dengan sudut pandang atau angle diharapkan ialah Medium Shot (MS) atau menampilkan bagian tubuh dari pinggang keatas, informasi lebih lanjut bisa menghubungi 085609555768 atau @GPANSORWK1, demikian Heri Amanudin. Hamengku Rayyan. (Red: Anam)


Terkait