Daerah

Bukber Dan Dialog, Cara Warga Yogyakarta Wujudkan Toleransi

Selasa, 20 Juni 2017 | 15:19 WIB


Yogyakarta, NU Online

Kawasan Babarsari, Tambakbayan, Yogyakarta merupakan daerah yang rawan terjadinya konflik sosial antar kelompok. Hal ini karena daerah tersebut mengalami pergeseran akibat pesatnya perkembangan Aglomerasi perkotaan dengan berkembangnya sekitar 11 perguruan tinggi, perhotelan dan perumahan. Peristiwa kekerasan demi kekerasan terjadi di kawasan tersebut.

Menyikapi itu, Our Indonesia bekerjasama dengan Masyarakat Tambakbayan, Prodi Sosiologi Atma Jaya dan Alliansi Bela Garuda (ABG) menyelenggarakan diskusi dan buka puasa bersama (Bukber) dikemas dalam kegiatan Ramadhan Kebhinekaan, di Balai Pendopo Tambakbayan RW 04, Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Yogyakarta, Rabu (21/6).

"Kita perlu menjaga toleransi antar berbagai perbedaan yang ada di Babarsari dan Tambakbayan. Perlu dikembangkan dengan membangun interaksi antara komunitas yang berbeda secara dialogis dalam suasana saling menjaga kedamaian. Dengan demikian, kerukunan dapat terwujud," kata Slamet Suparman  salah satu tokoh masyarakat Tambakbayan.

Slamet menambahkan, pada dasarnya masyarakat setempat adalah masyarakat yang toleran terhadap perbedaan dan memiliki semangat nasionalis yang tinggi. Hidup berdampingan dengan pendatang dari berbagai daerah sudah menjadi bagian dan interaksi,  baik mahasiswa maupun yang bekerja. 

"Perkembangan terjadi berdampak perubahan pola interaksi sosial antar masyarakat maupun dengan pendatang," kata dia lagi.

Ia menegaskan, pengelolaan  kompleksitas  dan dinamika perkembangan masyarakat  lokal dengan para pendatang yang perlu tetap dijaga semangat keterbukaan dan toleransinya.

"Indonesia menjamin kebinekaan yang ada. Keberadaan NKRI  tidak terlepas dari himpunan perbedaan-perbedaan namun memiliki rasa kebangsaan yang dikuatkan dengan Pancasila sebagai dasar konsensus bersama. Oleh karena itu, perlu upaya untuk membangun interaksi dan dialog diantara anggota masyarakat yang berbeda agar bisa saling mengenal dan memahami satu dengan yang lain. Keragaman bukanlah sumber konflik tetapi dapat dikelola sebagai sumber kekayaan untuk kemajuan bersama," paparnya.

Kemampuan mengakomodasi keragaman sebagai sumber kemajuan dan kesejahteraan bersama ini seringkali dihadapkan dengan kesenjangan yang berujung konflik. 

Oleh karena itu, kata dia menambahkan, perlu mengembangkan  semangat toleransi berbasis komunitas yang beragam sehingga perbedaan tersebut bisa dikelola dengan baik untuk kedamaian bersama.

Hadir dalam diskusi itu, diantaranya adalah  Ketua PC GP Ansor Yogyakarta, Saifudin, Pendeta Indrianto dari Omah Pirukun dan pihak kepolisian dari sektor Depok Barat, Yogyakarta yang didapuk sebagai narasumber untuk mengungkap berbagi gagasan dalam mewujudkan kedamaian dan kerukunan di Babarsari, Tambakbayan.

Pengembangan kebersamaan antar masyarakat yang beragam dengan bahasa kebudayaan dan kemanusiaan di Babarsari Tambakbayan sekaligus bertujuan untuk menghilangkan bebaya (malapetaka) dengan menumbuhkan kembali budi daya dan toleransi sehingga kawasan tersebut dapat mencerminkan Indonesia mini, yang penuh warna tetapi dapat menjaga kedamaian hidup bersama. (Gatot Arifianto / Muslim Abdurrahman)


Terkait