Daerah

MA Futuhiyyah 2 Mranggen Gelar Apel dan Pawai

Jumat, 23 Oktober 2015 | 17:07 WIB

Demak, NU Online
Ratusan siswa dan santri MA Futuhiyyah 2 Mranggen Demak menyambut, memeriahkan dan merayakan Hari Santri Nasional (HSN) yang sudah ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 22 Oktober 2015 yang diatur dalam Keppres Nomor 22 Tahun 2015.<>

Dalam penyambutan Hari Santri Nasional (HSN) para santri dan siswa juga para guru menyelenggarakan apel santri dan pawai kirab Hari Santri di halaman madrasah dan pawai di seputar Suburan pada Kamis (22/10).

Pada sambutan apel Hari Santri, kepala madrasah, H. Helmi Wafa, SE, menyatakan bahwa penetapan Hari Santri merupakan penegasan atas perjuangan peran santri yang besar dalam perjuangan kemerdekaan. Tanggal tersebut merupakan tanggal ketika Kiai Hasyim Asy'ari mengumumkan fatwanya yang disebut sebagai Resolusi Jihad. Resolusi Jihad yang lahir melalui musyawarah ratusan kiai dari berbagai daerah tersebut merespons agresi Belanda kedua. Resolusi itu memuat seruan bahwa setiap muslim wajib memerangi penjajah. Para pejuang yang gugur dalam peperangan melawan penjajah pun dianggap mati syahid.

“Dengan ditetapkannya Hari Santri menandakan peran pesantren yang turut serta dalam membela kemerdekaan Indonesia semakin diakui,” terangnya dengan berapi-api.

Dalam apel pagi ini juga dibacakan Ikrar Santri Nasional yang dipimpin oleh Kepala Madrasah dan diikuti bersama-sama oleh para siswa.

Sementara salah seorang guru, Lukman Hakim, S.Ag, mengatakan bahwa peran pesantren sebagai lembaga pendidikan semakin diperkuat sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. Pesantren, kata dia, juga merupakan bagian dari pendidikan nasional yang perannya kerap ditunggu-tunggu masyarakat. Hari Santri sebagai hari nasional merupakan upaya untuk meneguhkan bahwa kontribusi santri dan pesantren selama ini di Indonesia memang layak mendapatkan apresiasi monumental dari bangsa.

Kegiatan ini juga dalam rangka menyambut datangnya tahun baru Hijriyyah dan santunan anak yatim piatu. Dalam ceramah yang disampaikan oleh KH. Muhammad Arif Jatmiko, Lc menjelaskan bahwa munculnya Hari Santri merupakan sesuatu yang wajar sejalan dengan rekam jejak kontribusi pesantren yang sangat besar terhadap bangsa dan negara.

"Embrio pertempuran 10 November berawal dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Tanpa KH Hasyim Asyari dan para santri, maka Resolusi Jihad takkan pernah ada. Tanpa Resolusi Jihad, maka Pertempuran 10 November takkan terjadi. Tanpa Pertempuran 10 November, maka kemerdekaan takkan pernah tercapai," jelasnya.

Ia juga mengajak untuk saling menghormati dan menebarkan kasih sayang antar sesama karena di bulan Muharram ini merupakan kasih sayang, terutama kepada anak yatim piatu yang sudah tidak punya ayah ibu lagi.

Salah satu peserta HSN, Shoviyyatul Kamilah, mengaku senang bisa memeriahkan HSN. "Saya senang karena sebagai santri bisa ikut berpartisipasi di pawai Hari Santri Nasional. Saya bangga dan gembira dengan ditetapkannya hari santri nasional." ucapnya di sela-sela pawai. (Ben Zabidy/Mukafi Niam)


Terkait