Daerah

Napak Tilas Pengusiran Penjajah di Garahan, Mengenang Perjuangan Kiai As’ad

Kamis, 12 September 2019 | 16:00 WIB

Napak Tilas Pengusiran Penjajah di Garahan, Mengenang Perjuangan Kiai As’ad

Peserta napak tilas Pengusiran Penjajah di Garahan. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online 
Keberhasilan KHR As’ad Syamsul Arifin untuk memaksa penjajah angkat kaki dari bumi Garahan, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember, Jawa Timur diperingati dengan cara menggelar napak tilas.
 
Kegiatan dilepas oleh Ketua Umum IKSASS (Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi'iyah) Ustadz  Munif Shaleh di halaman Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Kecamatan Sukowono, Jember, Kamis (12/9).
 
Menurut penanggung jawab acara, HM Kuntjoro Basuki, napak tilas tersebut penting untuk mengenang perjuangan KHR As’ad Syamsul Arifin (Kiai As’ad) bersama rakyat dan santri  yang sangat heroik dalam mengusir penjajah. Dengan mengenang itu, diharapkan timbul semangat masyarakat dan generasi muda untuk melestarikan peninggalan para pejuang itu.
 
“Intinya yang perlu ditanamkan kepada generasi muda adalah bahwa perjuangan itu tidak gampang. Untuk meraih sesuatu yang agung tidak mudah. Butuh pengorbanan. Dan itulah yang telah dilakukan oleh Kiai As’ad dan para pejuang lainnya,” katanya kepada NU Online di sela-pelepasan napak tilas.
 
Lelaki asal Kencong itu menambahkan, apa yang dilakukan oleh Kiai As’ad merupakan contoh kecil betapa besar peran ulama dalam merebut kemerdekan dari tangan penjajah. Tanpa bermaksud mengecilkan peran yang lain, sesungguhnya kontribusi ulama dan santri dalam merengkuh kemerdekaan, sangatlah besar.
 
“Ulama punya kekuatan doa, di samping kekuatan bergerilya,” jelasnya.
 
Walaupun demikian, peran ulama dan umat Islam tidak mendapatkan porsi yang semestinya dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia. Bahan sebutan ulama sepertinya ingin dihapus dari daftar pejuang bangsa. Kuntjoro lalu mencontohkan Pangeran Diponegoro. Sosok yang ditakuti oleh Belanda ini, sesunguhnya adalah orang alim, seorang ulama.
 
“Tapi yang terkenal dalam sejarah beliau adalah seorang pangeran,” jelasnya.
 
Napak tilas hasil kerja sama SMK Negeri Perikanan dan Kelautan Puger dan IKSASS tersebut diikuti oleh 600-an peserta. Mereka menempuh jarak sekitar 60 kilometer, dengan start di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum, Sumberwringin, Kecamatan Sukowono, dan berakhir  di Pasar Alas,  Desa Garahan, Kecamatan Silo, Jember.
 
Saat ini peserta nipak tilas masih menginap di Pesantren Raudaltul Ulum, Ledokombo. Besok pagi perjalanan akan dilanjutkan dengan menyusuri jalan desa, hutan serta sungai. Dijadwalkan peserta napak tilas akan tiba di Pasar Alas, Jumat (13/9) petang, dan akan disambut oleh cucu Kiai As’ad yang juga pengasuh  Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, KH Aza’im Ibrahimy.
 
 
Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi