Daerah

Pemuda Kini Harus Jadikan Pena sebagai Senjata

Sabtu, 27 Oktober 2018 | 20:00 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Ketika pemuda zaman dulu mengangkat senjata guna mengusir penjajah, pemuda masa kini mesti angkat pena guna menaruh pengaruh di negeri ini.

Hal ini yang ditekankan oleh Pengajar Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Johan Wahyudi saat mengisi diskusi bedah buku Revoloesi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946 karya Benedict Anderson di Gang Buntu Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, pada Sabtu (27/10).

Pena, dalam benaknya, tidak lagi sesempit zaman dulu. Soe Hok Gie, Mahbub Djunaidi, dan Ahmad Wahib sudah mengangkat pena sejak dulu. Ketiganya menjadikan pena sebagai media penuang gagasan yang membanjiri pikirannya ke dalam tulisan. Tetapi, makna pena, menurutnya, saat ini meluas.

"Sekarang ini memaknai pena dalam perspektif yang luas," katanya.

Selain tulisan, pena dapat diartikan luas sebagai penuang gagasan ke media lain, seperti infografis, komik, dan video. 

"Tulisan ini kan satu media. Video (dan) infografis itu adalah wujud dari tulisan kita masa kini," jelas dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Selain itu, komik juga menjadi perhatiannya. Ia mencontohkan salah satu akun Instagram yang fokus membuat komik empat kolom. Menurutnya, akun yang, katanya, dikelola oleh siswa SMA itu, mampu menyederhanakan pemikiran dan gagasan.

Sejarahwan itu juga menyatakan bahwa selain tulisan, penting untuk menuangkan ke media lainnya.

"Untuk menyasar generasi milenial, harus ada cara yang lebih kreatif," pungkasnya.

Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda itu diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi dan komunitas, seperti Forsila BPC, Ikrar Jadetabek, Kemka Jakarta, IPPMK Jadetabek, HIMACITA Jakarta Raya, GMI Ciputat, Buntu Literasi, Komunitas Kretek dan Pijar Kognisi. Diskusi ini juga dimeriahkan oleh Cuber FM. (Syakir NF/Abdullah Alawi)


Terkait