Daerah

Pesan di Balik Baliho 'Ora Salaman Tetep Seduluran'

Sabtu, 25 April 2020 | 01:00 WIB

Pesan di Balik Baliho 'Ora Salaman Tetep Seduluran'

Surat edaran PCNU Pringsewu. (Foto: NU Online/Faizin)

Pringsewu, NU Online
Jika anda melintas di beberapa masjid yang berada di jalan utama kabupaten dan kecamatan di Kabupaten Pringsewu, anda akan menemukan sebuah baliho berukuran 1 m x 75 cm dengan pesan besar di bagian bawah tertulis "Ora Salaman, Tetep Seduluran". Baliho ini merupakan ikhtiar yang dilakukan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, Lampung untuk memutus rantai penyebaran virus Corona di daerah tersebut.
 
Melalui Gugus Tugas NU Peduli Penanggulangan Covid-19, baliho ini didistribusikan ke masjid sebagai media edukasi kepada masyarakat khususnya umat Islam yang beribadah di masjid untuk menjaga ketenangan jamaah dalam melaksanakan ibadah sekaligus memutus penyebaran Corona.
 
Ketua Gugus Tugas NU Peduli H Agil Marsudi menyampaikan bahwa baliho tersebut juga merupakan langkah antisipasi agar masjid tidak menjadi media penyebaran Covid-19. Dalam baliho tersebut diingatkan kepada para pendatang atau pemudik untuk sementara waktu tidak melaksanakan ibadah berjamaah di masjid.
 
"Ini penting karena kita tidak tahu apakah orang yang baru datang di lingkungan tersebut bersih dari Corona atau tidak sehingga kita anjurkan untuk melakukan isolasi mandiri minimal 14 hari sejak kedatangannya," kata Ndan Marsudi, panggilan karibnya, kepada NU Online, Jumat (25/4).
 
Selain itu juga diingatkan kepada masyarakat yang sedang dalam kondisi tidak sehat seperti menderita flu, batuk, demam dan sejenisnya atau berstatus sebagai ODP dan masih dalam masa karantina, karena berasal dari luar daerah, untuk sementara diimbau melaksanakan lbadah di rumah dan tidak masuk kedalam masjid.
 
"Kita terus mengimbau yang ibadah di masjid harus patuh pada protokol yang ditetapkan pemerintah seperti pakai masker, cuci tangan pakai sabun, physical distancing atau jaga jarak," jelas Ndan Marsudi.
 
Kebijakan jaga jarak inu juga mengakibatkan kontak fisik sesama jamaah berkurang di masjid. Jika sebelumnya jamaah selalu berjabat tangan (bersalaman) di masjid, maka untuk sementara waktu tidak diperkenankan. Kondisi ini tidak boleh berimbas pada renggangnya hubungan dengan sesama.
 
"Oleh karenanya kita tegaskan di baliho tersebut dengan kalimat 'Ora Salaman Tetep Seduluran' (Tidak berjabat tangan tetap berteman atau bersaudara)," jelasnya.
 
Penerapan Protokol di Masjid
Menyikapi semakin banyaknya para pendatang yang sudah masuk ke Pringsewu, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu H Taufik Qurrahim mengajak seluruh umat Islam untuk memperketat protokol kesehatan bagi para jamaah. 
 
Berdasarkan data dari Pemda Pringsewu ternyata sudah banyak masyarakat yang 'mencuri start' untuk mudik. Tercatat sebelum kebijakan larangan mudik diberlakukan, sudah ada 6.824 orang yang pulang dari perantauan ke Kabupaten Pringsewu. Dari total tersebut 6.685 orang dari dalam negeri dan 139 orang dari luar negeri.
 
Menurut H Taufik, kondisi ini harus disikapi serius oleh seluruh warga masyarakat Pringsewu. Para pendatang pun harus menyadari dan harus taat pada kebijakan dan peraturan pemerintah termasuk saat ingin beribadah secara berjamaah.
 
"Takmir masjid pun harus memberlakukan standar protokol maksimal seperti ketegasan tidak ada satu jamaah pun yang tidak pakai masker, jarak aman 1 meter antar jamaah, selalu menggunakan hand sanitizer, mengecek suhu badan, tidak bersentuhan, dan membawa sajadah sendiri," anjurnya.
 
Inilah yang harus dilakukan agar aktivitas berjamaah tetap bisa dilaksanakan, semua merasa aman, dan penyebaran Corona bisa ditekan.
 
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin