Fragmen

Menjadi “Tameng” Para Ulama

Sabtu, 5 April 2014 | 12:00 WIB

Sebagai anggota Gerakan Pemuda Ansor (Garut), menjelang Pemilu 1971, saya direkrut menjadi “pasukan khusus” Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Mengikuti latihan fisik dan mental. Mulai dari beladiri, hingga wirid “kanuragan”.
<>
Bersama puluhan Banser dari seluruh wilayah Jawa Barat, saya dilatih di Pesantren Tegalgubug Cirebon. Kemudian di pesantren Awiwulung, Banyumas (Jateng). Terakhir di pesantren Genggong, Probolinggo (Jatim).

Setelah “khatam”, kami dilantik KH Chalid Mawardi, Sekjen Pimpinan Pusat GP Ansor. “Kalian sekarang sudah menjadi Banser tulen. Menguasai kekuatan fisik dan mental untuk menjadi “tameng” para ulama NU di daerah masing-masing dalam kampnye Pemilu 1971. Insya Allah, berkat izin Allah, kawan-kawan sekalian tak mempan senjata tajam, tahan lapar dan dahaga berhari-hari, serta semua “kanuragan” yang mengandung “khawarikul adah” (menyimpang dari kebiasaan normal).

Selesai pelantikan, kami dipersilakan mendemonstrasikan “kanuragan” masing-masing. Mematahkan golok, meremukkan bambu runcing, meminum air menggelegak, meraup dan memamah bara api, dan lain lain.

Upacara diakhiri doa oleh KH Zainul Hasan, pengasuh Pesantren Genggong: “Allahumma innaka antal azizul kabir, wa ana abduka dalilu daif,...Allahumma inna nas’aluka daifun fa qawwina, wa dalilun fa a’izana, wa fakirun fa aghnana...kama syahorta fir’auna li musa walayinli qulubanna, kama syaharta hadida li dawuda....lahawla wala quwwata illa billahil aliyyol azim...”

Doa tersebut wajib dibaca setiap kali kami bertugas mengawal para ulama NU yang berkampanye pada Pemilu 1971. (Bersambung)


Terkait