Internasional

Membiasakan Doa Qunut di Amsterdam

Senin, 20 Mei 2019 | 21:00 WIB

Membiasakan Doa Qunut di Amsterdam

Penulis (tengah) di depan Masjid di Belanda.

Qunut artinya ketaatan, kesungguhan, kepatuhan dan diam. Qunut adalah doa yang dilakukan di dalam shalat setelah doa itidal atau berdiri setelah rukuk pada rakaat terakhir. Meskipun ini merupakan masalah khilafiyah fiqhilyyah atau ada perbedaan pendapat di dalam hukum fiqih, tetapi bagi PPME (Persatuan Pemuda Muslim se-Eropa) Amsterdam, masalah ini disikapi dengan arif dan bijaksana. Jamaah di Masjid Al-Ikhlash Amsterdam senantiasa melakuka Doa Qunut pada setiap shalat Subuh. 

Bukan hanya pada shalat Subuh, malam ini Senin (20/5), bertepatan dengan Tarawih malam ke-16, pada pelaksanaan shalat Witir juga dibacakan Doa Qunut. Kebetulan saya sendiri yang mengimami shalat tersebut.

Selain dua Doa Qunut di atas, ada juga Doa Qunut yang dilakukan dalam shalat yang disebut sebagai Doa Qunut Nazilah. Doa Qunut ini dilakukan di dalam shalat fardlu yang lima waktu. Biasanya doa ini dilakukan di saat terjadi sesuatu peperangan, penindasan, dan penjajahan. Qunut Nazilah dilakukan sebagai bentuk keprihatinan dan solidaritas atas kejadian yang terjadi. Doa Qunut Nazilah redaksi kalimatnya lebih panjang daripada Doa Qunut pada shalat Subuh dan Qunut Witir pada pertengahan Ramadhan.

Shalat Tarawih yang menjadi program PPME Al-Ikhlash Amsterdam, merupakan salah satu program unggulan, karena mampu mengumpulkan diaspora Indonesia dari arah yang berjauhan pada satu gedung yang dinamakan Indonesia Culture Centum di Jan Van Ganstraat-Badhoevedorp. Bukan hanya ekspatriat yang datang mengikuti shalat Tarawih, tetapi juga para student yang sedang kuliah di Leiden dan VU Amsterdam. Otomatis para buruh migran non-dokumen yang disebut sebagai pendekar masjid juga ikut meramaikan bahkan membantu jalannya kelancaran Tarawih.

Sebelum shalat Isya dan Tarawih dilakukan, saya juga menyampaikan ceramah dengan presentasi sesuai tema atau silabus yang telah disiapkan untuk satu bulan Ramadhan. Penyampaian ceramah berdurasi sekitar 45 menit. Jadi ini bukan kultum. Karena kultum adalah kuliah tujuh menit. Ini bisa juga disebut kultum, tapi kepanjangan dari 'kuliah terserah antum.' Hehehehe....

Selama sebulan Ramadhan ini, setelah masuk Isya, shalat dimami oleh beberapa ustadz lokal seperti Ustadz Muharrom, Ustadz Tamsil, Ustadz Mustofa, Ustadz Hasanul Arifin, dan remaja-remaja Masjid al-Ikhlash Amsterdam terpilih (yang akan menjadi imam setiap akhir pekan sebagai bentuk latihan pemberanian regenerasi imam).

Saya kebagian tugas mengimami shalat Tarawih. Sudah diumumkan juga mulai malam ke-16 mulai melakukan Doa Qunut pada rakaat terakhir shalat Witir. Jamaah pun sudah memahaminya, sehingga tidak ada protes atau sanggahan untuk tidak melakukannya.

Dengan membiasakan Doa Qunut, semoga shalat yang dilakukan menjadi shalat yang mampu menghilangkan kesombongan dan merasa eksklusif, karena sesuai dengan namanya, Doa Qunut adalah doa mengharapkan ketaatan, kesungguhan, kepatuhan, dan ketundukkan. Semoga shalat dengan Doa Qunut mampu mencegah perbuatan keji dan mungkar. Amiin...

H Khumaini Rosadi, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman, Dai Ambasador Cordofa, Dosen STIT Syam Bontang, Guru PAI SMA YPK Bontang, Muballigh LDNU Bontang, Imam Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang, tengah bertugas dakwah Ramadhan di Belanda.


Terkait