Internasional

Menjajaki Pasar Murah di Baverwijk Belanda

Jumat, 24 Mei 2019 | 07:00 WIB

Menjajaki Pasar Murah di Baverwijk Belanda

Salah satu sudut di De Bazaar Baverwijk Belanda.

Shoping mall mungkin terlalu keren untuk menggambarkan aktivitas muter-muter belanja di pasar murah Belanda, De Baverwijk. Padahal, sama saja kalau diperhatikan dari alur kegiatannya, baik di pasar tradisional maupun di mal besar. Yaitu, keliling-keling toko–cari barang yang akan dibeli, cocok dengan harganya, dibeli. Kalau belum capek, cari lagi toko yang lain. Sama halnya dengan di pasar tumpah ruah serba ada, atau di pasar malam yang berpindah-pindah dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya.

Hari itu, Ahad 12 Mei 2019, saya ditemani oleh seorang artis film laga blasteran Indonesia Belanda, Edwin Sebastian yang masih berusia 22 tahun, tetapi sudah menjadi bintang iklan di Indonesia. Ibunya asli Indonesia, bernama Sri, pemilik Waroeng Barokah di Amsterdam. Dengan mengendarai sepeda motor besarnya saya dibonceng keliling Belanda untuk mencari oleh-oleh khas Belanda.

Motor di sini bebas masuk jalan tol, karena memang pajak kendaraan di Belanda sangat mahal yang memungkinkan sepeda motor boleh masuk tol. Dengan kecepatan tinggi saya pun harus berpegangan erat kepada Edwin agar tidak terbang terbawa angin. Khawatir nanti ketika Edwin menengok ke belakang saya sudah terbang, dan ia tidak terasa, karena berpakaian jaket tebal, helm kedap suara, sarung tangan kulit, dan sepatu sneakers.

Saya harus berpegangan karena peraturan berkendara motor di sini yang dibonceng harus berpegangan untuk keamanan. "Kalau terciduk oleh polisi tidak berpegangan, maka akan dikenakan tilang dan didenda sekitar tiga juta rupiah," kata Edwin yang sudah lancar berbahasa Indonesia dan sudah menikah dengan Anita, model asal Bogor. Kepada saya Edwin cerita bahwa izin visa untuk Anita sedang diurus agar bisa segera menyusul Edwin ke Belanda.


Perjalanan dari Badhoedorp (Gedung Indonesia Culture Centrum–PPME Al-Ikhlash Amsterdam) ke Baverwijk ditempuh kurang lebih satu jam. Baverwijk dikenal sebagai pasar murah meriah di Belanda. Tersedia berbagai macam barang di sana dan banyak pilihan. Dari yang murah seperti barang-barang seken atau cakar sampai barang-barang mewah seperti perhiasan dan lainnya. Dari yang unik-unik seperti barang antik mengandung klenik sampai mesin-mesin berbagai merk pun, ada di sini di De Bazaar Baverwijk.

Ada 36 hall di sini. Dikelompokkan dalam delapan gedung besar. Selain itu, masih banyak di luar gedung, emperan bertenda yang juga ikut meramaikan aneka pilihan barang di pasar ini. Pada pintu parkir pertama terpampang peta yang menggambarkan lokasi dan tempat barang yang akan dibeli terdapat di gedung dan hall berapa. 



Beberapa toko yang ada di sana di antaranya Zwarte Market menyediakan alat-alat kecantikan dan elektronik. Mega Store menyediakan aneka macam pakaian. Mihrab menyediakan pilihan restauran dan tempat-tempat ngobrol. Booghallen menyediakan aneka macam sayur mayur pasar tradisional dan masakan. Grand Bazaar menyediakan hobi dan aksesoris. Oosterse Markt menyediakan barang-barang bekas dan kuno. Dan masih banyak lagi perlengkapan-perlengkapan yang bisa dipilih di sini dan tentunya masih bisa ditawar.

Banyak diskon dan hadiah gratis pada setiap belanjaan yang sudah disepakati. Seperti minyak wangi untuk shalat yang dihadiahkan kepada saya dan Edwin setelah membeli baju gamis.

Tidak terasa, meskipun dalam keadaan berpuasa, ternyata sudah lebih dari tiga jam saya dan Edwin berkeliling melihat-lihat barang di sini. Edwin membeli gamis berwarna abu-abu untuk shalat. Sya membeli parfum dan suvenir untuk oleh-oleh teman-teman di Bontang Kalimantan Timur.

Khumaini Rosadi, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ichsan Bontang, Dai Tidim Jatman, Dai Ambasador Cordofa, Dosen STIT Syam Bontang, Guru PAI SMA YPK Bontang, Muballigh LDNU Bontang, Imam Masjid Agung Al-Hijrah Kota Bontang, tengah bertugas dakwah Ramadhan di Belanda.



Terkait