Internasional

Momen Ramadhan Pertama Kali di Eropa

Sabtu, 18 Mei 2019 | 10:00 WIB

Bulan Ramadhan tahun ini saya tugas dakwah di Eropa. Tiga negara yang menjadi destinasi safari dakwah saya  adalah Belanda, Jerman dan Belgia.

Momen pertama kali saya berada di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini terjadi di Wageningen. Wageningen ini sebuah gementee (semacam kotamadya). Luasnya 32,36 kilometer persegi, terletak di Provinsi Gerderlands yang luasnya 5,136 ribu kilometer dari total negara Netherlands (Belanda), yang luasnya 42.508 km2, lebih kecil dari Jawa Timur. 

Wageningen ini berjarak sekitar 164 Km dari pusat ibukota pemerintahan Belanda, Den Haag.

Sebelum di Wageningen, saya di Den Haag, tinggal di rumah Masjid Al-Hikmah PS Indonesia, yang menjadi sekretariat PCINU Belanda. Dari rumah ini saya berjalan kaki membawa koper dan ransel menuju Stasiun Den Haag Moerwijk kurang lebih 1,3 km. Kemudian naik kereta. Ada dua jenis kereta, yaitu Sprinter dan intercity. 

Dari Stasiun Den Haag Moerwijk tujuan Stasiun Ede-Wageningen dengan satu tiket sekali jalan, yang sudah dipesankan secara online. Saya ditemani Mas Munif naik Sprinter dari Stasiun Den Haag Moerwijk menuju Stasiun Den Haag Sentraal. Di Stasiun Den Haag Sentraal berganti kereta Intercity menuju Stasiun Uttrech Centraal. Kemudian berganti kereta Intercity menuju Stasiun Ede-Wageningen.

Di stasiun ini saya telah ditunggu oleh Mas Sahri, seorang pelajar Ph.D. di Wageningen Campus. Kemudian dengan mobil pribadinya saya diantar ke apartemen Mas Fahrizal Yusuf Affandi, seorang student Ph.D. di Hollandseweg.

Momen pertama malam Ramadhan tepat terjadi pada hari Ahad malam Senin, 5 Mei 2019. Tanggal 5 Mei ini adalah hari bersejarah bagi warga Belanda, karena merupakan Liberation Day dikenal pula Freedom Day (Hari Pembebasan) Belanda. Dalam bahasa Belanda populer dengan sebutan Bevrijfings, yang menandai berakhirnya Perang Dunia II, oleh pendudukan tentara Nazi Jerman, tahun 1945.

Di Liberation Day diadakan festival yang dipusatkan di Wageningen. Festival ini menampilkan beragam penampilan, mulai dari aksi parade veteran yang mengendarai mobil-mobil perang kuno, jeep, tank baja, dan verjalan kaki pawai marching band dari para pemuda dan veteran, hingga pentas live music. 

Secara khusus acara festival yang memajang mobil-mobil perang kono, berikut beragam senjata, dan tenda-tenda ini disertai pesta, diadakan di Kebun Raya Belmonte Arboretum, sekitar 3,1 kilometer dari kampus Wageningen University. Penampilan live music ini diadakan di banyak titik, sekitar sepuluhan titik, dalam tajuk Bevrijdings Festival Gerderlands.

Siang hari hingga sore hari pada Ahad tersebut saya menikmati Liberation Day. Kemudian malam harinya kami melaksanakan shalat tarawih dan witir malam pertama. 

Tentu ini menjadi momen yang paling langka bagi saya, terutama takkala kami melaksanakan shalat tarawih berjamaah yang terletak di ruang lantai tiga  apartemen dua orang mahasiswa Wageningen University. Apartemen ini tepat di samping salah satu titik pertunjukan live music.

Sebelum melaksanakan shalat berjamaah, Isya, tarawih dan witir, di salah satu titik live music, saya sempat menikmati langsung beberapa lagu yang sempat saya rekam. Ada satu musik dengan lirik yang berkesan bagi saya, yang belakangan saya tahu judulnya, setelah bertanya pada Mr. Petter Oorschot, yaitu Free Together dinyanyikan oleh Navarone. Navarone adalah band rock alternatif Belanda, dibentuk di kota Nijmegen tahun 2008. Lagu Free Together ini musik dan liriknya enak dinikmati, berisi tentang pentingnya harmoni (keselarasan) dalam kehidupan kita. 

Live music ini diadakan dari sore hingga jam 12 malam. Tentu saja, suara dentuman musik terdengar nyaring dari ruang kami shalat tarawih. Shalat tarawih ini dilaksanakan sebagaimana di Indonesia, sebanyak 20 rakaat, dilanjutkan dengan witir 3 rakaat. 

Dalam shalat tarawih dan witir ini, saya bertindak sebagai imam, dengan mempraktikkan shalat ala Nusantara. Shalat tarawih khas Nusantara adalah bacaan surat dalam tiap-tiap rakaat pertama setelah surat Al-Fatihah secara berurutan dimulai dari surat al-Takatsur, hingga surat al-Lahab. Dalam tiap rakaat kedua, bacaan surat setelah surat al-Fatihah selalu surat al-Ikhlas. Kemudian pada rakaat ketiga dari shalat witir setelah Al-Fatihah dibaca tiga surat sekaligus, yaitu surat al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas.

Di shalat Isya dan Witir di momen-momen ini juga menjadi berkesan bagi saya, karena ketika mengimami saya membaca beberapa ayat akhir surat Al-Hasyr, beberapa ayat surat Luqman, dan surat An-Nisa', yang tidak pernah saya baca saat menjadi imam pada malam Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Demikilanlah selama beberapa hari di gementee ini saya shalat tarawih berjamaah. Dalam satu momen bukber yang dirangkai dengan tarawih berjamaah diadakan di tempat Mas Sahri, di Lombardi Wageningen Apartment, tempat tinggal khusus bagi mahasiswa Ph.D. Di tempat pasangan masahiswa Ph.D. ini saya juga mengimami shalat maghrib, Isya, tarawih dan witir. Sebelumnya didahului dengan bukber dan ceramah agama (kultum).

Tentu saja, di Ramadhan kali ini sangat serkesan sekali, karena pertama kami berpuasa sekitar 17 jam. Hari pertama puasa, sejak Subuh pukul 04.37 hingga Maghrib pukul 21.13. Juga di musim semi (spring) dengan suhu sangat dingin berkisar 8°C. 

Inilah beberapa momen paling langka dan mengesankan bagi saya. Momen Ramadhan pertama kali di Eropa.

Den Haag Netherlands, 10 Ramadhan 1440/15 Mei 2019.

Ustadz Ahmad Ali MD, Mubaligh/dai pengurus Lembaga Dakwah PBNU yang bertugas di Eropa.


Terkait