Nasional

Amalan Habib Luthfi Diakui Yuyun Beri Semangat Saat Positif Covid-19

Kamis, 30 April 2020 | 22:00 WIB

Amalan Habib Luthfi Diakui Yuyun Beri Semangat Saat Positif Covid-19

Yuyun Nurhayati (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Dinyatakan positif terpapar virus corona pada pertengahan Maret lalu, membuat Yuyun Nurhayati warga Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur syok dan sedih. Ia pun mengaku beberapa kali menangis, termasuk saat mulai menjalani perawatan di rumah sakit. 
 
Untungnya, hanya beberapa hari perempuan 37 tahun yang berdinas di KPUD Kukar ini, terlarut dalam kesedihan. Ia diingatkan oleh tim medis bahwa kesedihan dan kecemasan berlarut-larut akan menimbulkan imunitas tubuhnya semakin menurun.
 
"Syok, sedih, beberapa kali menangis, dokter bilang itu membuat imun menurun. Saya juga merasa semakin pusing, saat mencoba jalan mau jatuh habis nangis," tutur Yuyun Nurhayati, warga Kukar yang telah sembuh dari Covid-19.
 
Mendengar nasihat tim medis, ia pun mencoba menepiskan kesedihannya. "Esoknya saya merasa dalam keadaan lebih baik," ungkapnya.
 
Mengikuti anjuran dokter agar tidak larut dalam kesedihan, melengkapi penanganan di samping penggunaan obat yang diberikan dokter. Selain itu, untuk memperkuat dirinya dari sisi psikis, Yuyun pun tidak melakukan banyak aktivitas selama perawatan, serta tidak membuka gadget terus menerus. Pasalnya ia menyadari gadget yang lebih banyak berisi informasi di media sosial bersifat negatif yang bisa melemahkannya.
 
"Tidak mengakses informasi terus menerus, tapi melakukan hal-hal yang lebih ke arah positif," kata perempuan yang pernah mengemban amanah sebagai Ketua IPPNU Kukar ini.

Pada empat hari pertama, Yuyun dirawat di rumah sakit Aji Muhammad Parikesit, salah satu rumah sakit rujukan bagi pasien positif Covid-19. Dari 20 Maret hingga lima hari berikutnya, ia dirawat di rumah sakit tersebut, hingga kemudian dipindahkan ke Wisma Atlet Tenggarong. Di Wisma Atlet ini, Yuyun lebih leluasa untuk melakukan olahraga ringan, sambil berjemur di bawah sinar matahari pagi. Hal itu membuat kondisinya semakin membaik hingga dinyatakan sembuh pada 4 April dan diperkenankan kembali ke rumahnya.
 
Lakukan amalan Habib Luthfi

Selain mengikuti protokoler perawatan tim medis, menjaga imunitas dengan olahraga dan menjaga pola makan selama perawatan, Yuyun juga menceritakan dirinya sering mengamalkan shalawat yang diajarkan Habib Luthfi.
 
"Ada shalawat dari Habib Luthfi yang dibarengi dengan mengkonsumsi bawang merah. Saya melakukan itu, juga melakukan doa-doa, amalan yang saya bisa. Selain itu juga minum jamu enggak ditinggalkan," tuturnya.

Jamu dan bawang merah, lanjut Yuyun, rutin dibawakan oleh suaminya, Sidiq. Sidiq memang rajin mencari tanaman herbal dan jamu-jamuan.
 
Terkait itu, menurut Yuyun pihak medis yang merawatnya membolehkan penggunaan jamu, herbal, termasuk bawang merah. "Saya tanya ke tim medis apa boleh memakan bawang merah, karena suami saya sudah bawa setengah kilo, pesan suami harus dimakan. Dokter bilang nggak papa tapi sebaiknya setelah makan, karena kalau perut kosong bisa pengaruhi lambung, jamunya juga diperbolehkan," kisahnya lagi.

Selama perawatan, Yuyun memang dianjurkan banyak makan, sebab jika asupan  dan nafsu makan berkurang, badan akan loyo. "Saya makan banyak. Lalu dikasih vitamin, curcuma, itu dikasih obat yang lain. Jadi saya pikir satu jam setelah makan berani makan jamu-jamuan," ungkapnya.
 
Bagikan jamu dan ramuan
Pada perkembangannya, bukan hanya Yuyun yang meminum jamu-jamuan yang diantar Sodiq. Saat menawarkan ke tenaga medis, kata Sodiq, mereka menyukai dan mengkonsumsinya juga. Orang-orang yang diberi jamu, merasa badannya lebih segar dan tidur dengan nyenyak.

Menurut Sodiq, ada 14 rempah yang terdri dari jenis rimpang, biji-bijian, daun-daun, dan serai. "Selain bawang merah, ada jamu dari rumah, isinya jahe merah, kunyit kencur, ketumbar, jintan hitam kayu manis," kata Sidiq.
 
Selain kepada perawat, jamu-jamu itu Sidiq bagikan kepada orang-orang yang masih berjaga di lokasi karantina, termasuk pihak keamanan. Sidiq mengaku senang bisa berbagi walaupun tidak banyak.
 
"Teman-teman ditanya mau nggak dikirimi jamu? Nanti dibuatkan sama suami saya. Mereka mau, jadi setelah saya keluar dari rumah sakit, suami masih sering mengirimkan," imbuh Yuyun.
 
Pesan kepada masyarakat
Sebagai mantan penderita Covid-19, Yuyun mengimbau walaupun berita di luar mengerikan, ketika melihat pasien positif jangan antipati. Apalagi sampai misalnya menolak pemakaman jenazah pasein Covid-19.

"Hal-hal itu (berita-berita di sosial media) jangan dijadikan momok yang menakutkan, jangan jadi panik. Pasien yang dinyatakan positif, kemungkinan sembuh juga sangat ada, tergantung diri sendiri," kata Yuyun.
 
Menurut dia, banyaknya berita di luaran yang masyarakat lihat, itu hanya setengah-setengah, cara bergerak pun setengah. Kejadian orang positif kemudian ditolak, PDP, ODP dikucilakan itu ndak benar," imbuh dia.
 
Namun demikian, Yuyun juga mengajak masyarakat untuk menaati protokoler pencegahan Covid-19 seperti berupaya social distancing agar tidak menyebar dan massif. 

"Kalau sudah massif ini menjadi repot karena menyebar secara cepat. Jika salah kita mempersepsikan anjuran protokler, jadi fatal," pungkas Yuyun.
 
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Abdullah Alawi