Nasional

Bantahan Rasulullah atas Kesialan Bulan Shafar

Kamis, 8 Agustus 2024 | 07:00 WIB

Bantahan Rasulullah atas Kesialan Bulan Shafar

Ilustrasi Shafar. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Tak sedikit orang yang beranggapan bulan Shafar sebagai bulan sial yang dipenuhi dengan musibah dan keburukan. Anggapan ini mendapat bantahan serius dari kalangan ulama, bahkan Rasulullah saw.


Anggapan serupa juga diyakini masyarakat Indonesia. Anggapan tersebut sebetulnya bermula dari tradisi orang Arab yang memiliki keyakinan bahwa bulan Shafar merupakan bulan kesialan dan penuh cobaan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


“Keyakinan salah itu akhirnya mengakar dan menyebar ke mana-mana, bahkan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang mengikutinya,” tulis Ustadz Sunnatullah sebagaimana dikutip dari tulisan di NU Online berjudul Bulan Safar: Latar Belakang Nama dan Mitos Kesialan di Dalamnya pada Rabu (7/8/2024).


Rasulullah saw pun menegaskan dirinya menolak anggapan tersebut. Penolakannya itu dinyatakan dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan Imam Bukhari sebagai berikut.


لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ


Artinya, “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.” (HR al-Bukhari)


Syekh Abu Bakar Syata ad-Dimyathi (wafat 1302 H), sebagaimana dikutip dari Ustadz Sunnatullah, mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Hâsiyyah I’ânatuth Thâlibîn Juz 3, bahwa hadits di atas ditujukan untuk menolak keyakinan dan anggapan orang-orang Jahiliah yang mempercayai setiap sesuatu dapat memberikan pengaruh dengan sendirinya; baik keburukan maupun kebaikan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Selain itu, masih menurut Syekh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi, hadits di atas juga menegaskan penolakan Rasulullah saw terhadap setiap penisbatan suatu kejadian kepada selain Allah. Artinya, semua kejadian yang terjadi murni karena kehendak Allah yang sudah tercatat sejak zaman azali, bukan disebabkan waktu, zaman, dan anggapan salah lainnya.


Sebagai informasi, umat Islam Indonesia sudah memasuki bulan Shafar 1446 H sejak Selasa (6/8/2024) lalu. Hal ini berdasarkan pengumuman yang dikeluarkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) pada Senin (5/8/2024) melalui surat bernomor 050/LF-PBNU/VIII/2024.