Nasional

Ketua PBNU: Kaderisasi Jadi Kunci Ketangguhan NU Hadapi Perubahan

Sabtu, 28 Juni 2025 | 06:45 WIB

Ketua PBNU: Kaderisasi Jadi Kunci Ketangguhan NU Hadapi Perubahan

Ketua PBNU Rumadi Ahmad saat membuka PKN di Wisma Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (27/6/2025). (Foto)

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rumadi Ahmad mendorong Pimpinan Pusat Fatayat NU untuk terus memperkuat sistem kaderisasi yang tangguh agar bisa  menghadapi berbagai macam perubahan.


"Usia Fatayat itu memang usia yang menantang. Usia sangat krusial karena ini masa produktif harus berbagi dengan banyak hal dan itu membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tidak mudah," kata Rumadi membuka PKN di Wisma Syahida Inn, Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (27/6/2025).


Rumadi menegaskan kaderisasi merupakan fondasi penting bagi keberlangsungan organisasi. Sebab itu lembaga dan banom yang ada di lingkungan NU terus diminta untuk memperkuat kaderisasi.


"Termasuk saya dipaksa ikut AKNU. Ini memang sangat penting untuk memastikan organisasi berjalan baik," kata Rumadi.


Menurutnya, tidak ada organisasi yang kuat tanpa sistem kaderisasi yang matang. Kaderisasi harus terus dilakukan jika tidak berjalan dengan koheren maka organisasi apa pun mudah goyah ketika dihadapkan situasi yang krusial.


NU, lanjut Rumadi, telah membuktikan kekuatan struktur organisasinya kokoh dari tingkat pusat hingga ranting karena memiliki sistem kaderisasi yang mapan.


"Kaderisasi ini lah yang membuat NU bisa bertahan sampai satu abad," jelas Rumadi. 


Rumadi menambahkan organisasi akan kuat kalau punya sistem kaderisasi yang mapan. Jika orang yang mengurusi organisasi tidak ditempa dalam sikap kaderisasi yang baik maka yang muncul bukan orang-orang yang tangguh.


"Ketangguhan ini sangat dibutuhkan karena NU punya warisan dari para ulama. Kita sebagai masyarakat, warga bangsa mewarisi sesuatu dari pendahulu kita," ujarnya.

 

Tiga warisan 

Rumadi mengungkapkan ada tiga warisan para ulama NU yang harus dijaga nahdliyin. Pertama, para pendahulu telah mewariskan paham keislaman yang moderat.


"Kita tidak punya memori untuk memusuhi siapa pun karena proses islamisasi di Indonesia dilakukan dengan damai bukan dengan perang," ujarnya.


Kedua, lanjut Rumadi, warisan berupa bangsa Indonesia. Warga NU sudah dipandu oleh para ulama untuk tidak mempertentangkan antara keislaman dan kebangsaan.


"Kita bersyukur mewarisi tradisi kebangsaan, keislaman yang seperti itu. Inilah yang diwariskan para ulama kita," ucapnya.


Ketiga, warisan berupa organisasi. Menurutnya, organisasi ini menjadi jangkar kebangsaan. Keberadaanya tidak bergantung siapa yang sedang berkuasa, apakah presiden atau menteri.


"Organisasi ini menjadi jangkar bagi eksistensi bangsa Indonesia," tandasnya.