Nasional

Lahan Kosong Pesantren Dapat Dimanfaatkan untuk Penggemukan Sapi

Jumat, 20 September 2019 | 06:15 WIB

Lahan Kosong Pesantren Dapat Dimanfaatkan untuk Penggemukan Sapi

Ketua HPN Garut Jawa Barat, Dodi Gustari. (Foto: NU Online/Rahman Ahdori)

Purwakarta, NU Online
Pesantren-pesantren di Indonesia, biasanya memiliki lahan yang tidak difungsikan. Jika dimanfaatkan untuk peternakan, lahan-lahan tidur tersebut akan mendatangkan keuntungan ekonomi.

Ketua HPN Garut Jawa Barat, Dodi Gustari, mengajak dunia pesantren memanfaatkan lahan tidur mereka agar berdaya guna melalui pengembangan sapi lokal. Menurutnya, konsep bisnis pemberdayaan adalah bisnis yang bisa diterapkan secara tepat untuk dan dari setiap kelompok kelembagaan termasuk NU dan pesantren.

“Lahan pertanian produktif yang dimiliki oleh setiap jamaah harus menjadi lahan produktif yang digunakan sebagai pendukung usaha lanjutannya. Artinya, area lahan pertanian yang dimiliki tentunya harus mendukung terhadap industri peternakan yang akan atau sedang dijalankan. Sehingga konsep sinergisitas penanaman tentunya menciptakan pangsa pasar baru dengan regulasi sistem kerja sama tanam pangan untuk kebutuhan pakan berkelanjutan,” kata Dodi saat mengisi seminar menjelang Pleno PBNU di Pesantren Al-Muhajirin 2 Purwakarta, Jawa Barat, Jumat (20/9).

Khusus dalam pembudidayaan sapi lokal, menurut Dodi harus memerhatikan standarisasi kendang dan bibit. Standarisasi kandang harus sesuai dengan ketentuan yang diperuntukan untuk budidaya ternak sapi.

Sementara pemilihan bibit dapat distandarkan pada Pemilihan tergantung kepada standar bibit Nasional standar bibit regional, standar bibit populasi yang ada. Juga, bibit dalam kondisi sehat, tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan penyakit, bebas penyakit menular dan reproduksi.

Pria yang saat ini mengelola lebih dari 200 ekor sapi ini mengatakan, pengembangan sapi lokal menjadi salah satu upaya untuk membangun daya saing bangsa. Hal itu diperlukan karena jika tidak bisa bersaing dengan negara lain, Indonesia akan mundur.

Untuk bisa bersaing dengan negara lain, dimulai dari diri pribadi. Seperti Dodi, berdasarkan pengakuannya, dahulu ibunya saat pulang dari kebun membawa rumput untuk ternak. Dari beternak secara sederhana itulah ia bisa sekolah.

Pola pengembangan pertanian sapi lokal, sejatinya bukan hal yang sulit. Sebab, ada beberapa pilihan pengembangan jenis apa yang akan diambil oleh pengusaha. Bisa penyiapan bibit sapi (0-4 bulan); penggemukan, atau persiapan Idul Kurban. Untuk menggemukan sapi, bukan sekadar sapi diberi pakan, namun bagiamana meningkatkan bobot sapi.

“Ada formula (peningkatan bobot sapi) dengan konsentrat atau simulase. Per hari bisa peningkatan 1,2 kilo. Jadi kalau kita ingin beternak misalnya enam bulan, akan ketahuan bobotnya, ketahuan berapa berat saat panen (dijual),” kata.

Penggemukan sapi juga tergolong mudah dilakukan, sebab semua bahan baku (pakan) tersedia di sekitar kita, dari pakan hijau atau rumput, sampai konsentrat.

Dalam pengembangan usaha sapi lokal, pengusaha dapat membentuk beberapa pola. Seperti memciptakan pabrik pakan ternak sendiri yang di kelola secara mandiri oleh kelompok kelembagaan dengan terhmipun sebuah perusahaan, membuat rumah potong hewan (RPH), membuat penyamakan kulit (industri kulit), dan membuat olahan makanan kulit dan daging.

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad