Jakarta, NU Online
Matahari pada Selasa (15/7/2025) sore ini akan tepat berada di atas Ka'bah. Karenanya, di saat tersebut, semua bayangan benda yang dihasilkan dari pantulan sinar matahari akan mengarah ke kiblat umat Islam itu.
"Pada saat itu bagi jam yang telah diperhitungkan melalui aneka metode ilmu falak, yakni pada jam 12:27:15 waktu Saudi Arabia, maka bayang–bayang segenap benda yang terpasang tegaklurus paras air dan tersinari cahaya Matahari akan tepat sejajar dengan arah kiblat setempat," kata KH Sirril Wafa, Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) pada Selasa (15/7/2025).
Peristiwa ini disebut dengan Rashdul Qiblat atau kulminasi utama Matahari di atas Ka’bah. Saban tahun, peristiwa ini terjadi dua kali, yakni pada 27 Mei dan 15 Juli.
Dijelaskan Kiai Sirril, bahwa rashdul qiblat adalah sebuah peristiwa unik di mana kedudukan Matahari dipandang dari Bumi akan tepat berada di atas Ka’bah. Atau dalam istilah ilmu falak, yaitu saat Matahari tepat menempati di titik zenith Ka’bah.
"Rashdul qiblat merupakan posisi khusus Matahari seiring siklus gerak semu tahunannya sebagai perwujudan kombinasi perputaran Bumi mengelilingi Matahari dan kemiringan sumbu rotasi Bumi," jelasnya.
Dalam siklus gerak semu tahunan itu, lanjut Kiai Sirril, kedudukan Matahari seakan–akan berpindah–pindah secara teratur dari utara ke selatan dan sebaliknya. Dalam ilmu falak, siklus tersebut menyebabkan kedudukan Matahari berpindah – pindah secara teratur di antara Garis Balik Utara (lintang 23,5º LU) dan Garis Balik Selatan (lintang 23,5º LS).
Matahari akan berkedudukan tepat di atas Garis Balik Utara pada 20 atau 21 Juni setiap tahun. Sebaliknya akan menempati titik zenith Garis Balik Selatan tiap 21 atau 22 Desember. Dan setiap 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September, Matahari akan tepat berada di atas garis khatulistiwa.
Lebih lanjut, Kiai Sirril menjelaskan bahwa setiap titik yang terletak di antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan pada hakikatnya akan ditempati Matahari dua kali dalam setiap tahun Miladiyah. Maka kota suci Makkah al–Mukarramah dengan Ka’bah di pusat kotanya pun akan mendapatkan kesempatan yang sama karena berkedudukan pada garis lintang 21º 25’ LU.
Baca Juga
Problematika Arah Kiblat
"Pada saat Rashdul Qiblat terjadi maka nilai deklinasi Matahari akan sangat berdekatan dengan nilai garis lintang Kota Makkah. Sehingga manakala terjadi kulminasi atas di kota Makkah, maka Matahari akan berkedudukan pada titik zenith Makkah," terangnya.
Dalam kondisi rashdul qiblat, maka setiap benda yang terpasang tegak lurus paras air di kota Makkah akan kehilangan bayang–bayangnya. Sebaliknya bayang–bayang dari benda yang sama, tetapi berada di luar kota Makkah dan sedang tersinari Matahari akan tepat sama dengan arah kiblat setempat.
"Inilah sebabnya rashdul qiblat menjadi salah satu metode terakurat dalam mengukur arah kiblat," kata dosen ilmu falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Rashdul qiblat kali ini merupakan yang kedua untuk tahun 2025 M. Roshdul Qiblat tersebut akan terjadi pada Selasa Pon 19 Muharram 1447 H / 15 Juli 2025 M pada pukul 12:27:15 waktu Saudi Arabia. Atau bertepatan dengan pukul 16:27:15 WIB (17:27:15 WITA) di Indonesia.
Di Indonesia, rashdul qiblat dapat diamati dan dimanfaatkan untuk melaksanakan pengukuran arah kiblat yang akurat pada sebagian besar wilayah negeri ini. Namun hal ini tidak dapat dilakukan di Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua mengingat Matahari telah terbenam sebelum rashdul qiblat terjadi. Sementara pada provinsi–provinsi di Pulau Sulawesi dan kepulauan Nusa Tenggara, kedudukan Matahari sudah cukup rendah sehingga terbuka peluang Matahari sudah tak terlihat (tersembunyi di balik awan–awan di ufuk barat). Meskipun diperhitungkan masih mengalami rashdul qiblat.
Saat rashdul qiblat terjadi, cukup mencari benda yang terpasang tegakl urus paras air setempat sebagai acuan. Ia mencontohkan sudut bangunan atau beban pendulum (lot) yang digantung pada tali. Lalu, pastikan pengambilan bayangan itu tepat pada pukul 16.27.15 WIB atau 17.27.15 WITA.
"Kita juga membutuhkan jam yang sudah terkalibrasi, misalnya jam digital dalam gawai pintar kita. Tepat pada jam terjadinya rashdul qiblat, maka tandai bayang–bayang benda tersebut di tanah. Bayang–bayang tersebut akan sama dengan arah kiblat setempat," pungkasnya.