Nasional

Pengalaman Aktivis PCINU Tiongkok Kawal Mahasiswa di Wuhan

Sabtu, 15 Februari 2020 | 12:00 WIB

Pengalaman Aktivis PCINU Tiongkok Kawal Mahasiswa di Wuhan

Warga Indonesia dari China diobservasi di Natuna dengan pengamanan berlapis (Foto: Kemlu.go.id)

Surabaya, NU Online
Wabah virus Corona yang melanda Tiongkok benar-benar membuat resah para wali mahasiswa asal Indonesia. Khususnya yang kuliah di Wuhan University, Wuhan, Tiongkok. 
 
Dua pekan lebih mereka resah karena setidaknya ada 238 anak sedang menimba ilmu dan tertahan di Kota Wuhan Tiongkok meski sedang musim liburan. Keresahan berkurang setelah pemerintah mengambil tindakan menjemput mereka ke Tiongkok dan dibawa ke Natuna, Riau. 
 
Hari ini bila tidak ada aral, mereka akan dikembalikan ke daerah masing-masing. Termasuk 65 mahasiswa dari Jawa Timur yang di antara mereka ada tiga orang mahasiswa dari Sidoarjo.
 
Kekhawatiran Orang Tua
Kegelisahaan itu sempat dituturkan Hj Nurul Umamah asal Sidoarjo yang kedua anaknya sedang kuliah di Wuhan University Tiongkok.  Iqlima Dian Badillah adalah mahasiswa S2 di fakultas ekonomi di jurusan ekonomi bBisnis dan Nusa Yaumil Khoir di fakultas kedokteran sekaligus Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok.
 
“Alhamdulillah, anak-anak sudah dijemput pemerintah. Terima kasih kepada pemerintah dan semua yang telah memperhatikan anak-anak sehingga pulang ke daerahnya. Termasuk Pemerintah Provinsi Jatim dan Kabupaten Sidoarjo,” katanya kepada NU Online, Sabtu (15/2). 
 
Dijelaskan bahwa kedua anaknya aktif organisasi di Tiongkok. Baik di PPI maupun di PCINU atas bimbingan KH Imron Rosyadi Hamid dari Malang.
 
Menurut Umamah, panggilan akrabnya, anaknya setiap musim liburan semester biasanya pulang ke Indonesia. Namun liburan kali ini tidak. Hal itu dengan alasan ingin refreshing ke Sanghai, tempat kakaknya dulu kuliah. Rencananya mereka berangkat ke Sanghai  24 Januari lalu, namun ternyata sebelumnya pemerintah Tiongkok melarang semua warga bepergian keluar sebab ada penyebaran virus Corona.
 
“Anak-anak sudah membeli tiket. Namun karena semua kendaraan pesawat, travel dan kereta dilarang berangkat, akhirnya mereka bertahan di asrama kampus dan suasana bagai kota mati,” ungkap lulusan PGAN Jombang ini.
 
Kondisi itu, lanjutnya, membuat ketakutan, namun demikian mereka tabah. 
 
“Kami selaku orang tua selalu menghubungi mereka melalui video call untuk memberi dorongan moral. Hal itu agar tabah dan tawakal serta selalu berdoa karena insyaallah akan ada pertolongan,’’ ungkap Umamah.
 
Ia menjelaskan, meski anaknya satu kampus di Wuhan University, tapi keduanya berbeda tempat perkulihaan. Fakultas ekomi di kampus utama, sementara kedokteran di kampus lain. Sehingga mereka terpisah, termasuk asramanya. 
 
“Pas ada kabar akan dijemput pemerintah, kedua anak saya berkumpul di asrama kampus utama. Padahal barang-barang ada di asrama lain,” katanya. 
 
Hal inilah yang membuat anaknya bingung karena mereka tidak boleh keluar dari asrama dan terpaksa memberi penjelasan kepada petugas. 
 
Awal tiba di Natuna, rombogan sedikit takut karena ditempatkan di penampungan. Namun setelah melintasi lingkungan sekitar, mereka mengaku nyaman. 
 
“Yang semula takut dan stres akhirnya nyaman. Karena mereka oleh tim keamanan diperlakukan dengan baik. Semua kebutuhan disediakan, termasuk banyak yang mengerjakan tugas kuliah,” ungkapnya.
 
Ia mengatakan sebenarnya mahasiswa yang kuliah di Tiongkok khususnya di Wuhan jumlahnya ribuan. Cuma karena saat ini sedang liburan, banyak yang sudah pulang. Kalau hari tidak libur, bisa dipastikan yang tertahan ada ribuan orang. 
 
“Untungnya peristiwa ini pas liburan semester. Sehingga banyak mahasiswa yang sudah keburu pulang ke negara masing-masing,’’ kata Umamah.
 
Sebagaimana diketahui, sebanyak 65 warga Jawa Timur dari Wuhan Tiongkok yang telah menjalani masa karantina selama 14 hari di Natuna, Riau. Mereka direncanakan tiba di Jawa Timur, Sabtu (15/2). Oleh kementerian kesehatan seluruhnya dinyatakan sehat dan diperbolehkan kembali ke daerah asal.
 
Khofifah Indar Parawansa mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur secara kontinyu berkoordinasi dengan tim kementerian kesehatan sampai proses pemulangan seluruh warga.
 
“Kami akan kawal betul proses pemulangannya. Memastikan ke 65 orang tersebut bisa kembali sehat dan berkumpul dengan keluarganya. Kepulangan mereka sudah ditunggu-tunggu keluarga,” kata Gubernur Jawa Timur ini.
 
Untuk diketahui, dari 238 WNI yang dibawa pulang dari Wuhan Tiongkok, sebanyak 65 di antaranya berasal dari sejumlah kota di Jawa Timur. 
 
Masyarakat Jawa Timur tidak perlu khawatir berlebihan dalam merespons kepulangan WNI asal Wuhan tersebut. Khofifah memastikan seluruh WNI tersebut dalam kondisi sehat. 
 
“Kementerian kesehatan sudah melakukan observasi selama 14 hari dan tidak ada satupun dari mereka yang menunjukkan gejala terinfeksi virus Corona. Mereka mengantongi surat keterangan sehat dari Kemenkes, jadi tidak perlu khawatir,” terang Khofifah.
 
Meski demikian, Khofifah tetap mengingatkan agar seluruh masyarakat tetap waspada terhadap ancaman penularan virus Corona tersebut dengan terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menganggap sepele jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala layaknya mereka yang terinfeksi virus tersebut.
 
“Kalau ada anggota keluarga yang panas tinggi, batuk, serta sesak nafas, agar segera melakukan pemeriksaan ke rumah sakit terdekat dan melaporkan ke dinas kesehatan kabupaten maupun kota setempat. Pemprov Jatim menyiapkan tiga rumah sakit untuk memberikan layanan terkait ini yaitu Dokter Soetomo Surabaya, Syaiful Anwar Malang dan Dokter Soedono Madiun," pungkasnya.
 
 
Kontributor: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi