Pesantren

Saya Kira Pesantren Cuma Agama

Ahad, 10 Maret 2013 | 10:33 WIB

Bekasi, NU Online
"Saya kaget, ternyata di pesantren santai sekali, ada orang baca puisi, baca cerpen. Saya kira pesantren cuma agama."
<>
Demikian diungkapkan Yoko Sariputra, murid kelas 11 SMAN 2 Cikarang Utara, tadi sore (10/3) seusai mengikuti pelatihan jurnalistik di Pesntren Riyadul Jannah, Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Yoko yang datang ke pesantren mengenakann kaos kesebelasan MU itu mengaku baru ke pesantren pertama kali. Dia mengaku juga bahwa ke mushola saja kalau tidak ada temannya tidak begitu bersemangat, apalagi ke peseantren. "Saya tidak merasakan bahwa sekarang ini seharian saya di pesantren."

"Anggapan serem, ketat, ngaji terus, pakaian diatur, hilang seketika setelah seharian tadi di pesantren. Saya juga merasa nyaman. Mungkin karena di luar panas dan berdebu kali ya?" tuturnya.

Senada dengan Yoko, Putri Karlina yang juga dari SMAN 1 Cikarang mengatakan kesannya bahwa pesantren tidak bisa diajak kompromi, sangat ketat misalnya tidak boleh seruangan dengan lain jenis. 

"Dan saya kira tinggal di pesantren banyak kelebihan, bareng teman terus, mandiri, dan bisa mendalami agama," Karlina berpendapat.

"Emmm.. Tapi kayaknya saya belum ingin jadi santri ya," jawab Karlina saat ditanya apakah ingin belajar di pesantren.

Pesantren Riyadul Jannah mengadakan pelatihan jurnalistik seharian tadi tidak hanya untuk santri, tapi juga untuk SMA Al-Amin, SMA Al-Ikhwan, SMAN 2 Cikarang Utara.

Sementara itu, Iwan Rs, guru di pesantren Riyadul Jannah mengatakan bahwa program pelatihan jurnalistik tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan santri di bidang tulis-menulis, tapi juga untuk mengenalkan pesantren pada anak-anak remaja.

"Bekasi ini bagian dari kota besar Jakarta, tapi di sini banyak kena imbas negatifnya, mereka hanya lihat mobil besar-besar keluar masuk pabrik, asapnya mengganggung. Maka kami ingin mengenalkan anak-anak remaja pada dunia yang lebih ekspresif dan kejiwaan. Makanya kami undang murid dari sekolah lain juga," terang Iwan yang alumni Pesantren Krapyak.

Kami juga, lanjutnya, punya kesempatan untuk mengenalkan pesantren kepada orang luar. "Jangan lihat dari jauh saja, tidak sehat," ujarnya.

Saat ditanya tetang persepsi di pesantren hanya belajar agama, Iwan dengan bersemangat mengatakan, "Lho.. Kami undang anak SMA umum agar mereka tahu bahwa kayaknya yang tiap hari ada baca puisi, syi'ir, hikayat, dongeng-dongen, itu ya hanya di pesantren." 

Siang itu, Iwan yang alumni ISI Yogyakarta dan seorang cerpenis, membacakan cerita pendek, di langgar di mana pelatihan jurnalistik dilaksanakan. Setelahnya, 33 peserta, putra dan putri, menghadiahinya tepuk tangan.

Penulis: Hamzah Sahal 


Terkait