Warta

Gus Dur Luncurkan Buku Terbaru

Kamis, 21 September 2006 | 04:10 WIB

Jakarta, NU Online
Menyusul mantan Presiden B.J. Habibie yang membuat buku memori mengenai detik-detik pertamanya di puncak kekuasaan setelah Soeharto lengser, mantan Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga meluncurkan sebuah buku.

Buku Gus Dur tersebut akan diluncurkan di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (21/9) petang, sekaligus merayakan HUT ke-2 The Wahid Institute (WI), sebuah yayasan atas nama Gus Dur yang dipimpin oleh putri keduanya Zanuba Arifah Chafshoh (Yenny Wahid).

<>

Buku setebal 412 halaman ini diterbitkan langsung oleh WI pada pertengahan Agustus 2006 lalu. “Judul buku ini memperlihatkan bahwa pluralitas diutamakan termasuk dalam melihat Islam. Tak ada satu Islam. Islam adalah multi wajah, wajah kemanusiaan,” ujar Direktur Eksekutif WI Ahmad Suaedy sebagaimana dilansir situs resmi Gus Dur.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Melalui buku ini, demikian Suaedy, Gus Dur mengusulkan keharusan pluralitas dalam melihat Islam dan kehidupan, dengan bersandar pada etika dan spiritualitas, termasuk untuk mengelola dunia yang terus bergerak ke arah globalisasi ini. “Ini ditujukan untuk perdamaian abadi dan saling menghormati antar bangsa dan antar manusia,” ujarnya.

WI didirikan secara resmi pada tanggal 7 September 2004 di Jakarta. Dengan motto Seeding Plural and Peaceful Islam, WI mengemban komitmen menyebarkan gagasan muslim progresif yang mengedepankan toleransi dan saling pengertian di masyarakat dunia Islam dan Barat.

Gus Dur Foundation

Sebelumnya, tersiar kabar bahwa yayasan milik Gus Dur yang lain, Gus Dur Foundation (GDF) yang diketuai oleh Aris Junaidi, digunakan oleh aparat intelijen (BIN) untuk melobi Kongres Amerika Serikat terkait usaha pencabutan embargo senjata bagi TNI.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Gus Dur sendiri, seperti dikatakan Yenny Wahid, mengaku tidak pernah terlibat lobi dengan kongres AS itu. "Gus Dur sendiri tidak tahu GDF digunakan untuk itu. Jangankan menandatangani, bentuk dan isi perjanjiannya seperti apa juga tidak tahu," kata Yenny kepada pers (11/9).

Penggunaan nama GDF berawal dari pembicaraan antara Gus Dur dengan pejabat BIN, M. As`ad, dalam kapasitas pribadi sebagai sesama warga NU. Pada satu kesempatan As`ad pernah mengatakan pada Gus Dur untuk meminjam namanya demi kepentingan bangsa. Dikatakan, nama Gus Dur masih diperhitungkan orang-orang AS dan Gus Dur pun, dan tidak keberatan. (nam/dar)


Terkait