Warta

Gus Mus: Ketika NU Sedang "Sariawan"

Rabu, 27 September 2006 | 10:52 WIB

Orasi KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) pada saat peluncuran Komik “NU You Know? Cikal Bakal dan Kelahiran” di Museum NU, Ahad (17/9) lalu, agaknya menjadi ruang refleksi bagi perjalanan organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di tanah air ini. Inilah catatan yang tersisa di perhelatan yang dihadiri Ketua Tim Kerja Museum NU H Choirul Anam dan penyair asal Madura D Zawawi Imron, dan lain-lain.

Gus Mus yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan kritikan cukup tajam kepada NU yang disindirnya sedang mengalami “sariawan”, karena suaranya tidak banyak terdengar.

<>

“Saya sekarang prihatin, bagaimana NU yang begini besar, suaranya kalah dengan FPI (Front Pembela Islam). NU besar, tapi hanya gajah kertas,” katanya Gus Mus.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Menurut dia, sebetulnya kalau NU kuat, tidak akan kalah dalam percaturan politik nasional saat ini. Menurut dia, jumlah warga NU yang mencapai 50 juta hingga 60 juta itu merupakan kekuatan yang sangat besar dan seharusnya diperhitungkan. “Siapa yang mau meremehkan organisasi dengan anggota 60 juta ini? Tapi syaratnya harus solid. Sekarang NU ada di mana? Jumlah 60 juta itu jauh lebih besar dari penduduk Malaysia,” katanya.

Saat ini, ujarnya, banyak bangsa berharap besar terhadap peran NU. Suatu ketika ia bertemu orang Jepang yang mengharapkan NU akan menjadi penetral dalam perang dahsyat antara George W Bush (Presiden Amerika Serikat, representasi Barat) dengan terorisme pimpinan Osama Bin Laden.

“Tapi kemudian orang Jepang itu bilang, sayangnya NU ini lemah. Dalam hati saya, orang Jepang kok tahu ya, padahal kami gak sadar. Dasar orang kita, saat saya ceritakan masalah ini ke teman-teman, malah tanya, gimana caranya mengajukan proposal,” katanya tertawa.

Dikatakannya dalam percaturan sejarah Indonesia, NU selalu mengambil peran besar meskipun hanya sebagai ‘Satpam’. Ia mencontohkan peran NU dalam melawan penjajah Belanda maupun Jepang serta dalam penumpasan G30S/ PKI.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Tapi dasar Gus Dur (mantan Ketua Umum PBNU KH Abdurahman Wahid), ketika masalah ini saya sampaikan, dia malah bilang, apa Satpam itu tidak mulia? Apalagi menjadi Satpamnya Indonesia. Ya sudah, tidak bisa diskusi lagi,” katanya.

Pada kesempatan itu Gus Mus yang dikenal sebagai sastrawan juga mengritik munculnya orang-orang NU yang telah menganut paham-paham yang keluar dari tradisi ke-NU-annya.

“Ada orang NU yang sudah lupa NU. Mungkin karena kelemahannya itu, NU mudah disusupi. Tahu-tahu ada orang NU yang sangat kenceng melebihi Wahabi. Di NU itu sangat terasa, kalau tidak Amerika, ya Taliban,” katanya.

Menurut dia, kondisi NU seperti itu harus dipikirkan oleh anak-anak muda NU, khususnya di Jawa Timur karena sejarah berdirinya NU itu memang di daerah tersebut. “NU bukan lagi berbicara kepentingan pribadi, tapi nasional. Orang NU itu adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukan orang Islam yang kebetulan Indonesia. Beda dengan Dr Azahari (tokoh teroris) yang tidak peduli meskipun ada orang Indonesia mati,” katanya. (selesai/Arief Hidayat)