Warta

Islam Berkembang Pesat di Australia

Sabtu, 27 Maret 2004 | 02:18 WIB

Jakarta, NU Online
Kehadiran Islam di negara skuler tampaknya semakin berkembang pesat. Dalam sensus terakhir tahun 1996 disebutkan telah terjadi  peningkatan populasi umat Islam di Australia hingga 161 persen dalam 15 tahun terakhir. Padahal peningkatan jumlah penduduk Australia hanya mencapai 21,7 persen dalam periode yang sama. Komunitas muslim kini terdapat di semua negara bagian dan teritori Australia. Secara signifikan, lebih dari sepertiga warga muslim Australia lahir di sana, demikian laporan sejumlah media massa setempat, Sabtu.

Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa diantara sekian banyak umat Islam Australia, tidak sedikit yang datang dari Indonesia. Warga muslim di Australia sendiri mempunyai sejarah panjang. Sebagian dari pendatang terdahulu, sebelum adanya permukiman Eropa adalah warga muslim dari bagian timur kepulauan Indonesia.

<>

Diperkirakan nelayan Makassar telah mengunjungi bagian utara Australia sejak abad ke 16. tetapi muslim semi permanen pertama yang signifikan adalah para penunggang unta dari Afganistan pada tahun 1800-an. Mereka inilah yang memainkan peran penting dalam membuka areal pedalaman Australia.

Menurut Rikclefs, salah satu buku rujukan penting dalam mempelajari Islam di Australia adalah Muslim Communities in Australia dengan editor Abdullah Saeed dan Shahram Akbarzadeh. Dalam buku tersebut yang disarikan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, dikatakan bahwa penduduk Islam di Australia meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara itu, di Vatikan,  Paus Paulus Yohanes II mengeluhkan semakin melemahkan gairah beragama penduduk Eropa.  Ia menyatakan bahwa agamanya semakin ditinggalkan oleh pemeluknya  hanya karena mengejar kesenangan hidup di akhir pekan. Pemimpin umat Katholik se-dunia itu menyampaikan keluhan itu saat menerima para uskup Australia di Vatikan (26/3).

Seperti dikutip Kantor Berita Nasional Antara, Paus mengeluh misa tradisional hari Minggu telah kalah oleh kesenangan akhir pekan modern. Ketika Minggu telah kehilangan arti fundamentalnya dan menjadi subordinasi sebuah konsep sekular 'akhir pekan' yang mendominasi dengan hal-hal seperti hiburan serta olahraga, katanya, maka orang akan terkunci pada cakrawala yang sedemikian sempit sehingga mereka tidak bisa lagi melihat surga.

"Bukannya sungguh-sungguh terpuaskan dan mendapat semangat baru, mereka tetap terjebak dalam perburuan tak berarti keduniawian dan tak memperoleh kesegaran abadi dari 'air kehidupan' Yesus," kata Paus dalam audiensi dengan uskup-uskup Australia yang sedang mengunjungi Vatikan itu.

Paus yang kini berusia 83 tahun itu mengingatkan kembali para pemeluk Katholik bahwa misa hari Minggu membutuhkan "kehadiran wajib kaum beriman." "Semakin lemahnya kepatuhan pada Misa Suci hari Minggu akan melemahkan penganutan Kristen serta meredupkan cahaya kesaksian kehadiran Yesus di dunia kita," kata Paus.

Ia mendesak warga Katholik Australia, khususnya kaum mudanya, agar "tetap setia pada perayaan misa Minggu. "Penolakan terhadap Misa (Minggu) adalah bagian dari ideologi sekularisme yang membahayakan, dan telah mendapat lahan subur di Australia," katanya.

Paus mengatakan akar dari perkembangan yang mengganggu itu ialah upaya menciptakan visi kemanusiaan tanpa Tuhan. "Paham itu membesar-besarkan individualisme, memutus hubungan perlu antara kebebasan dengan kebenaran, serta mengikis hubungan keyakinan yang menjiwai kehidupan sosial sejati," demikian Paus. (MA/rtr)

 


Terkait