Warta

Tokoh Muslim Inggris Tertarik Pendidikan Pesantren

Kamis, 14 Juni 2007 | 13:30 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga pendidikan pesantren dengan segala unsur kepesantrenannya memiliki daya pikat tersendiri, bukan hanya bagi kalangan Muslim Indonesia, namun juga Muslim mancanegara.

"Kami tertarik sekali dengan pesantren yang ada di Indonesia," Demikian diungkapkan Musharraf Hussain di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Kamis (14/6).<>

Dalam kunjungan itu, Hussain dan rombongan yang datang dari Inggris diterima oleh Sekjen PBNU Dr. Endang Turmudi dan Katib Am PBNU Prof Dr KH Nazaruddin Umar.

Dalam kesempatan itu, Hussain mengungkapkan rasa herannya dengan hadirnya ribuan pesantren dan madrasah yang berada di bawah naungan NU.

"Sungguh sangat menarik, bagaimana NU memiliki ribuan pesantren dan madrasah? Adakah faktor-faktor tertentu atas berdirinya lembaga-lembaga pendidikan tersebut?" tanyanya penuh penasaran.

"Karena pesantren sejak dulu sudah mengembangkan pendidikan yang penuh kearifaan terhadap budaya lokal. Sikap akomodatif inilah yang juga ada di tubuh NU. Selain itu, juga karena peran para wali songo yang meyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa," jawab Turmudi.

"Karena itu juga, NU berdiri di atas konsep al muhafadlatu alal qadimissalih wal ahdzu bil jadidil aslah (mempertahankan pola lama yang baik, dan mengambil pola baru yang lebih baik," imbuhnya.

Hussain memuji warga muslim Indonesia yang menurutnya memiliki identitas sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim yang dapat memadukan agama dan budaya dengan selaras.

Muslim Inggris, kata Hussain, berjumlah sekitar 2 juta orang. Mereka beribadah dengan baik karena masyarakat cukup toleran. Namun menurutnya, warga muslim Inggris masih ingin belajar lebih banyak tentang organisasi muslim di Indonesia.

Hadir juga dalam pertemuan itu, Wakil Sekjen PBNU Ir Iqbal Sullam, dan putri mantan ketua umum PBNU KH Abdurrahman Wahid, Yenny Zannuba Wahid dan sejumlah pejabat dari Kementrian Luar Negeri RI.

Hussain dan rombongan adalah angota dalam organisasi Grup Penasehat Islam Indonesia-UK (Islamic Advisory Group).

Seperti diberitakan sumber NU Online, Grup Penasehat Islam Indonesia-UK dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan PM Tony Blair saat berkunjung ke Indonesia pada 29-30 Maret 2006. Masing-masing negara memilih dan mengutus tujuh anggota dari kalangan organisasi Islam dan civil society: Dari Indonesia, A Hasyim Muzadi (PBNU) Din Syamsuddin (PP Muhammadiyah), Azyumardi Azra (UIN Jakarta), Marwah Daud Ibrahim (ICMI), Nasaruddin Umar (Departemen Agama), Abdul Mu'ti (Pemuda Muhammadiyah), dan Yenny Zannuba Wahid (Fatayat NU).

Sedangkan dari Inggris adalah tokoh-tokoh dan pimpinan berbagai organisasi: Asim Siddiqui (Ketua City Circle), Muhammad Bilal Abdallah (Ebrahim Community College), Mishal Husain (presenter TV BBC), Musharraf Hussain (Direktur Karimia Institute, Nottingham), Yusuf Islam (Cat Steven, penyanyi dan aktivis sosial), Moulana Shahid Raza (Muslim College, London), dan Sabira Lakha (wanita pertama sebagai anggota Dewan Eksekutif Federasi Dunia Khoja Syi`ah Itsna Asheri (Syiah 12).

Dalam Surat Bersama Presiden SBY dan PM Tony Blair dikemukakan, Kelompok Penasehat bertugas memberikan saran dan rekomendasi untuk menghadapi gejala yang kurang kondusif di kalangan Muslim seperti ekstremisme dan radikalisme, dan mengembangkan dialog untuk meningkatkan saling pengertian dan toleransi antara Islam dan Barat. (dar)



Terkait