Daerah

Bahas Problematika Pesantren, RMINU Yogyakarta Gelar Forum Damparan

Senin, 12 September 2022 | 14:00 WIB

Bahas Problematika Pesantren, RMINU Yogyakarta Gelar Forum Damparan

RMINU Yogyakarta Menggelar Forum Damparan. (Foto: dok RMINU Yogyakarta).

Yogyakarta, NU Online
Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar kegiatan Damparan, sebuah forum silaturahmi kiai dan nyai se-Yogyakarta untuk merespon berbagai problematika yang ada di lingkungan pesantren. Kegiatan yang diikuti 210 pimpinan pesantren ini dilaksanakan di Auditorium Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari, Menara Al Musthofa Universitas Alma Ata Yogyakarta, Jum`at (9/9/2022).

 

Dalam sambutannya, Ketua RMINU Yogyakarta, KH Nilzam Yahya menyampaikan bahwa melalui forum Damparan ini, seluruh pimpinan pondok pesantren se- Yogyakarta dapat mempererat tali silaturahim dan juga merealisasikan banyak agenda termasuk berupaya agar pesantren selalu ramah terhadap anak dan perempuan.

 

“Melalui forum ini, seluruh pesantren se-DIY tidak hanya dapat bermusyawarah di level kebijakan pesantren, tetapi juga dapat bermusyawarah di level implementasi kebijakan melalui forum komunikasi lurah pondok se-DIY yang dibentuk RMI PWNU DIY di Pondok Pesantren Krapyak pada bulan Agustus lalu,” ujarnya.

 

Mengamini sambutan dari KH Nilzam Yahya, Prof Hamam Hadi selaku tuan rumah yakni Rektor Universitas Alma Ata Yogyakarta juga menyampaikan bahwa pihaknya akan mendukung program-program yang diadakan oleh Nahdlatul Ulama, khususnya RMI sebagai bentuk khidmah dan juga meneruskan tongkat perjuangan dari Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari.

 

“Baik dalam bentuk pemberdayaan seperti pelatihan peningkatan kapasitas kepala sekolah, pemberangkatan sistensi mengajar, maupun aktivitas lainnya yang bermanfaat bagi kaum muslimin khususnya organisasi-organisasi di bawah NU,” tandasnya.

 

Sementera itu, KH Hilmy Muhammad menyampaikan bahwa dengan ikhtiar bersama, seluruh stakeholder pesantren dapat memajukan pesantren termasuk di dalamnya adalah keterlibatan santri. Saat ini selain mempelajari ilmu agama di pondok pesantren, santri juga harus didorong untuk dapat memasuki perguruan tinggi.

 

“Dengan bekal yang tepat melalui pendampingan potensi minat dan bakat yang dimilikinya serta pendidikan etika moral agar kelak dapat menjadi calon pemimpin yang berakhlak dan beradab,” ujarnya.

 

Hal senada juga disampaikan KH A Kharis Masduki yang mengatakan bahwa untuk memajukan pesantren dan membentuk santri yang dapat bersaing, maka perlu adanya tindakan keteladanan dengan meniru para kiai terdahulu sebagai role model dengan 4 hal.

 

“Yaitu mendiri, berdaya, berkualitas, dan berbudaya disertai dengan adanya manajemen pesantren yang tepat agar pondok pesantren terjaga eksistensinya dan dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman,” pungkasnya.

 

Kontributor: Karimah Iffia Rahman

Editor: Aiz Luthfi