Daerah

Berkiprah dan Belajar, Kunci Sukses Sarjana dan Santri

Senin, 4 November 2019 | 06:00 WIB

Berkiprah dan Belajar, Kunci Sukses Sarjana dan Santri

Rektor IAI Al-Khoziny, KH Asep Syaifuddin Chalim saat memberikan sambutan. (Foto: NU Online/Imam Kusnin A)

Sidoarjo, NU Online
Setidaknya 434 mahasiswa Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur diwisuda di Hotel Utami, Ahad (3/11). Ruangan aula Utami dipenuhi oleh ribuan lebih peserta yang mengikuti prosesi wisuda ke-22 kampus tersebut.
 
Rektor IAI Al-Khoziny KH Asep Syaifuddin Chalim berpesan kepada wisudawan agar terus berkiprah dan belajar. Dengan demikian, keilmuan mereka akan terus bertambah, sehingga dua hal itu akan membuat tidak akan pernah mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupannya.
 
“Memang tujuan pendidikan ke sana, sehingga mereka akan bisa kompetitif dalam mewujudkan kesejahteraan. Tetapi dalam kesejahteraan nanti harus mampu berguna bagi masyarakat dalam rangka ikut serta juga untuk menegakkan keadilan,” kata Kiai Asep, sapaan akrabnya.
 
Kiai Asep menjelaskan bahwa mahasiswa dan lulusan Al-Khoziny dibekali dengan mata kuliah Ahlusunah wal Jamaah yang di dalamnya diajarkan tawassuth, tawasuth yakni harus mampu di tengah. 
 
Khairul umuri ya ausathuha bahwa sebaik-baiknya hal itu yang di tengah-tengah,” tegasnya.
 
Kemudian para sarjana harus mampu mewujudkan rahmatan lil alamin dalam kiprah hidupnya dan mereka harus memandang semua manusia itu saudara dari sisi apa pun. 
 
“Juga dibekali bahwa kita sama siapa pun merasa bersaudara karena kita sama-sama manusia. Itu kemudian disebut ukhuwah basyariyah,” terangnya.
 
Kemudian dikemukakan bahwa lulusan atau pun mahasiswa Al-Khozini tidak akan terjebak ke dalam sebuah pengaruh-pengaruh yang membawa kepada keterjebakan mereka.
 
“Insyaallah tidak mungkin,” terang kiai yang pernah menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya itu.
 
Menurutnya, itu adalah salah satu misinya saja, bahwa jangan hidup ini meninggalkan misi belajar atau mengajar, karena itulah para kesatria. 
 
“Manusia ada dua kesatria yaitu mereka dalam kiprah hidupnya tidak akan pernah berhenti apakah menjadi seorang pengajar atau sebagai pelajar,” ungkapnya.
 
Pada kesempatan lain, Tita Maghfiroh tidak menyangka menjadi wisudawan terbaik.
 
“Hal ini karena banyak yang memotivasi saya seperti orang tua, teman-teman agar saya lebih semangat untuk belajar. Semoga ke depan, bisa menjadi lebih baik dan bisa membanggakan orang tua,” tandasnya. 
 
 
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi