Daerah

Cara Anak-anak Metal Ambulu Jember Menyambut Lailatul Qadar

Kamis, 14 Mei 2020 | 20:00 WIB

Cara Anak-anak Metal Ambulu Jember Menyambut Lailatul Qadar

Suasana saat Santri Metal membagikan takjil di salah satu ruas jalan Ambulu, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online
Anak-anak metal identik dengan gaya hidup yang urakan, rambut dicat aneka warna, dan tubuh berhias tato. Kegiatannya pun tak jauh dari nongkrong, main gitar dengan iringan suara yang fals. Tapi anak-anak metal yang berpusat di Ambulu, Kabupaten Jember, Jawa Timur ini beda dari yang lain.

Mereka sudah lama hijrah, dan bermetamorfose sebagai orang benar dengan sebutan Santri Metal. Semangat hijrah mereka diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermafaat. Khusus untuk menyambut datangnya lailtul qadar, mereka membagikan takjil kepada masyarakat yang lalu lalang di jalan protokol Ambulu.

“Setiap menjelang malam Ramadhan ke-21, kami membagikan takjil. Hari ini sudah yang keenam kalinya kami berkegiatan,” ujar koordinator Santri Metal, Muhammad Alvin Nazar Masykuri kepada NU Online di sela-sela pembagian takjil, Kamis (14/5).

Bukan tanpa alasan berbagi takjil dilakukan menjelang hari ke-21 Ramadhan. Menurut Alvin, lailatul qadar merupakan saat yang paling ditunggu-tungu umat Islam dalam bulan Ramadhan. Malam yang lebih baik dari seribu bulan itu seolah menjadi garansi bagi tertebusnya segala dosa dan kesalahan yang dilakukan selama ini.

“Kami membagikan takjil, mudah-mudah amal ini bisa mengantarkan kami dapat meraih lailatul qadar entah kapan,” urainya.

Santri Metal berdiri sejak tahun  2013. Anggotanya sebagian banyak adalah anak-anak metal. Setiap tahun ada saja anak-anak metal yang bermigrasi ke dalam Santri Metal sebagai ‘muallaf’. Mereka jumlahnya saat ini 35 orang, berasal dari Desa Tegalsari, Pontang, dan Ambulu, Kecamatan Ambulu.

Santri Metal biasanya menggandeng Ambulu Metalheads dalam kegiatan bagi-bagi takjil, tapi untuk tahun ini menggandeng Pengurus Ranting NU Tutul Tegalsari, karena anggota Santri Metal ada yang aktif di IPNU dan Ansor,” tambah Alvin.

Menurut pembina Santri Metal, Muhammad Marzuki, kegiatan bagi-bagi takjil sudah dilakukan sejak tahun 2014. Di luar Ramadhan, Santri Metal punya kegiatan rutin setiap malam Ahad kliwon, yaitu pembacaan shalawat Nabi Muhammad dan simthut duror.

“Dalam pembacaan shalawat , Santri Metal juga mamainkan hadrah bergenre habsyi,” jelas Mbah Zuki, sapaan akrabnya.

Mbah Zuki bertekad agar Santri Metal menjadi wadah bagi anak-anak metal dan lainnya untuk berproses sebagai manusia yang benar.  Karena itu, diharapkan anggota Santri Metal dapat menjadi model dari keberhasilan proses itu sehingga bisa menarik yang lain untuk insyaf.

“Untuk itu kami memang harus sabar, dan terus menerus memberikan semangat bagi mereka,” pungkasnya.

Pewarta: Aryudi AR
Editor: Ibnu Nawawi