Daerah

Dinamika Organisasi dan Pentingnya Tarekat menurut Ketua NU Lampung

Rabu, 15 Juli 2020 | 03:00 WIB

Dinamika Organisasi dan Pentingnya Tarekat menurut Ketua NU Lampung

Kunjungan Silaturahmi Pengurus JATMAN Lampung ke PWNU Lampung. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online
Istikamah dalam berkhidmah menjadi kunci keberhasilan dan kemaslahatan dalam perjuangan di sebuah organisasi. Dalam perjuangan mesti menghadapi berbagai tantangan dan kendala. Namun dengan konsistensi perjuangan akan mampu membawa perubahan sebuah organisasi ke arah yang lebih baik.


Inilah beberapa hal yang disampaikan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung Prof Muhammad Mukri saat menerima kunjungan silaturahmi Pengurus Jamiyyah Ahlit Thariqah Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN) Provinsi Lampung di Bandarlampung, Selasa (15/7).


Ia menukil beberapa ayat dari surat Al-Balad yang menggambarkan bahwa sesekali dalam sebuah perjalanan pasti akan melewati jalanan yang menanjak dan terjal. Jalan ini akan terasa melelahkan dan membuat kita terengah-engah. Namun sebaliknya, jalan itu pasti memiliki ujung di mana ada jalan yang menurun.


“Perubahan menuntut adanya kesabaran pengorbanan dan ketulusan,” jelasnya pada pengurus yang dipimpin langsung oleh Mudir JATMAN Provinsi Lampung, Habib Asadullah Assegaf.


Selain tantangan medan perjuangan, dalam berorganisasi pun tidak akan lepas dari berbagai dinamika internal. Berbagai macam sifat dan perilaku individu dalam organisasi harus mampu diolah untuk kebaikan bersama. Jangan sampai dinamika ini malah menjadi sebab mundurnya perjuangan.


“Manusia hidup perlu komunitas sosial dan keberadaan seseorang yang dianggap penting dan sebagainya karena dia berkelompok. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan dia bukan siapa-siapa ketika sendirian,” jelasnya.


Tarekat sebagai Solusi
Terkait peranannya, menurut Prof Mukri saat ini Tarekat dapat menjadi solusi dari sifat manusia yang semakin cinta dunia. Tarekat menjadi solusi untuk kembali melihat sisi substansi dari eksistensi manusia di tengah pola kehidupan manusia saat ini yang cenderung komplek serta mementingkan dan melihat aspek materi keduniawian.


"Tarekat itu penekanannya kepada isi atau substansi. Hadirnya Tarekat dapat menyeimbangkan serta menyadarkan kita untuk tidak ekstrem mencintai dunia dan melupakan akhirat," katanya.


Ia mengibaratkan jika seseorang memasuki hutan belantara atau mendaki gunung harus memiliki jalur atau jalan yang sudah terbukti sampai ke tujuan atau puncaknya. 


"Kita perlu pawang (sosok yang mengarahkan dalam hal ini mursyid Tarekat) untuk mendaki gunung atau hutan agar kita tidak tersesat. Sehebat apapun orang harus memiliki pengarah untuk mencapai puncak," terangnya. 


Bagi kelompok yang menilai bahwa bertarekat tidak ada tuntunannya dan menganggapnya sesat, mantan Ketua PW GP Ansor Lampung ini mengatakan bahwa kelompok ini melihat posisi tersebut dari sudut pandang berbeda. 


"Mereka hanya melihat dari logika syariat bukan logika hakikat atau substansi. Sama seperti ketika ditanya kenapa Nabi Adam dan Hawa keluar dari surga; yang logika syariat menjawab karena memakan buah khuldi, namun secara hakikat, bisa saja terjadi karena memang Allah sudah mendesain mereka untuk menjadi penduduk bumi," ujarnya. 


Banyak jalan menurutnya yang bisa ditempuh untuk menuju Allah SWT. Dan Tarekat memberikan jalan kepada manusia melalui wasilah mursyid untuk menuju Allah. 


"Tuhan itu seperti matahari. Dan sinarnya adalah Nabi Muhammad. Sementara kita manusia ini adalah bias dari sinar. Kita dapat menuju Allah min abwabin mutafarriqah (dari pintu yang berbeda-beda) dan salah satunya melalui Tarekat," jelasnya. 


Prof Mukri juga mengingatkan bahwa manusia terdiri dari jasad dan ruh. Asupan makanan penting bagi kedua-duanya. Jika jasad membutuhkan makanan lahir untuk terus menjalankan fungsinya, maka ruh pun juga membutuhkan makanan batin untuk tetap menjalankan tugasnya dengan baik. 


Menurutnya dahaga spiritual sering dirasakan manusia dan ini terkait dengan ruh yang merupakan substansi dari jasad. "Kalau ada oplet yang menabrak yang ditanya oleh polisi adalah supirnya bukan opletnya. Supir inilah ruh dari oplet tersebut," terangnya mengibaratkan pentingnya peran ruh dalam jasad manusia. 


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Syamsul Arifin