Daerah

Dipercaya sebagai Kades, Banser Jombang Ini Bertekad Layani Warga

Rabu, 26 Agustus 2020 | 13:30 WIB

Dipercaya sebagai Kades, Banser Jombang Ini Bertekad Layani Warga

M Iskandar Arif, Lurah Mojongapit Jombang saat menjaga kegiatan Ansor. (Foto: Istimewa)

Jombang, NU Online
Akhir-akhir ini dijumpai sejumlah pejabat yang terpikat untuk bergabung dalam Barisan Ansor Serbaguna atau Banser. Penyematan jaket dan atribut diberikan di panggung terbuka dengan disaksikan pimpinan Ansor dan Banser, serta warga.


Namun hal tersebut tidak berlaku bagi M Iskandar Arif yang kini dipercaya sebagai Kepala Desa Mojongapit, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.  


“Saya sejak remaja sudah aktif di Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama atau IPNU,” katanya kepada NU Online, Rabu (26/8).


Kegandrungan ini diawali dengan menjadi anggota Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU Mojoangapit yang kemudian berlanjut sebagai pembina. Berikutnya juga aktif di Satkorkel atau Satuan Koordinasi Kelompok di tingkatan Pimpinan Ranting Banser yang dilanjut dengan Satuan Koordinasi Rayon atau Satkoryon Banser Jombang Kota.


Seluruh proses yang ada dilalui dengan tanpa memikirkan apa, termasuk saat ini yang dipercaya sebagai Kepala Desa Mojongapit untuk periode 2019-2025. Seluruh tahapan diikuti dengan menjaga khidmah karena memang gemar mengikuti kegiatan sosial.


“Sejak awal saya memang suka kegiatan sosial, termasuk sebelum menjadi kepala desa,” kata Lurah Krisna, sapaan akrabnya saat ini.


Germar Berwirausaha
Di samping gemar kegiatan kemasyarakatan, pria kelahiran Jombang, 11 Agustus 1977 ini juga memiliki rekam jejak usaha yang beragam. Dari mulai pedagang keliling, membuka usaha konter Hp, penjual baju, warung kopi, dan makanan siap saji yang digeluti hingga kini.


Dirinya kemudian menyebutkan usaha lain yang digeluti di kediamannya saat ini. Seperti menerima transfer dan pengambilan uang atau bank mini. Menyediakan pulsa listrik dan sejenisnya. Jual beli gawai dan perlengkapannya juga cukup lama dilakoni. Hal tersebut membuat gerai yang ada di depan rumahnya sering berubah penampilan.


“Disesuaikan dengan dagangan yang sedang saya tekuni saat itu,” kenangnya. 


Bahkan pria yang pernah kuliah di Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang tersebut ikut membuka usaha warung nasi dengan orang lain di luar Jawa. Dan pengalaman itu juga yang akhirnya mengantarkan untuk menekuni bisnis kuliner yakni warung kopi (warkop) dan makanan cepat saji hingga kini.


“Alhamdulillah dengan banyak pengalaman hidup, saya bisa menghidupi keluarga dari jerih payah sendiri dan tentu saja tidak bergantung kepada orang lain,” ungkapnya.


Lambaian Tangan Gus Dur
“Saat ini, sejak jam 8 pagi hingga 3 sore saya ada di balai desa melayani kebutuhan administrasi warga dan menerima serta menawarkan solusi atas keluhan masyarakat,” kata suami dari Dian Nirmalasari tersebut.


Sedangkan usaha warung kopi dan makanan siap saji dipercayakan kepada karyawan yang bisa melayani tanpa harus mengganggu pengabdiannya melayani warga. Dan bila ada acara Ansor maupun Banser yang biasanya digelar malam hari, dirinya juga akan datang.


“Kegiatan Ansor dan Banser serta NU sudah menjadi bagian tidak terpisahkan bagi saya,” terang ayah dari M Krisna Ibnu Athoillah tersebut.

 
Lurah Krisna bercerita bahwa keinginan menjadi kepala desa sebenarnya tidak pernah ada di benaknya. Namun karena sudah takdir, akhirnya suratan tersebut diterimanya dengan penuh tanggung jawab. 


Bahwa pernah dua tahun lalu, seorang warga memanggilnya Pak Lurah. Padahal hajatan suksesi masih lama dan dirinya juga tidak berhasrat ke arah sana. Karena untuk menjadi lurah, harus memiliki banyak persyaratan.


“Yang jelas, saya tidak memiliki modal keuangan yang cukup,” akunya. Bersaing dengan incumbent adalah sesuatu yang akan sulit. Namun segalanya dianggap sebagai tantangan yang harus dibuktikan bahwa perubahan hendaknya terjadi, lanjutnya.


Namun karena dorongan dari berbagai kalangan, akhirnya tekad untuk maju dilakoninya. Bantuan ternyata datang dari berbagai kalangan. Ada yang menyediakan paket sembilan bahan pokok atau Sembako jelang pemilihan yang diatasnamakan dirinya. Padahal dia tidak pernah mengeluarkan hal seperti itu dari kantongnya sendiri.


Yang juga memberikan semangat adalah bahwa suatu ketika almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur berkunjung ke salah seorang tokoh di sebelah rumahnya. Dan entah bagaimana ceritanya, Gus Dur terlihat melambaikan tangan kepadanya.


“Apa karena beliau tahu kalau saya adalah termasuk pasukan inti Banser yang datang ke Jakarta sebelum Gus Dur dilengserkan?” sergahnya. 


‘Restu’ juga didapat dari tetangga yang mengatakan bahwa dalam mimpinya Lurah Krisna berdampingan dengan Gus Dur. Hal tersebut sebelum hajatan pemilihan kepala desa digelar.


“Tapi itu cerita tetangga saya yang saya dengar langsung. Apakah benar atau tidak, saya kurang tahu,” ungkapnya.


Di luar itu semua, kepercayaan warga akan dibayarnya dengan memegang amanah. Satu demi satu pembangunan dan pemberdayaan warga dilakukan. Dana desa, kedekatan dengan sejumlah pihak akan dioptimalkan untuk membantu warga yang kebanyakan adalah kalangan kurang mampu.


“Pemberian keterampilan kepada anak muda akan juga dilakukan dengan menggandeng berbagai dinas dan kalangan yang memang memiliki kepekaan terhadap hal tersebut,” akunya. 


Yang juga tidak akan pernah ditinggalkan adalah jamaah keagamaan dan sosial yang sudah ada dan menjadi ciri khas kawasan setempat. Karena meskipun berada di kawasan kota, kegemaran warga untuk berkumpul dan hadir pada acara keagamaan demikian tinggi. Karena itu, dirinya telah memiliki rencana untuk memberdayakan jamaah yang ada agar lebih produktif. Bukan semata kumpul, tapi ada manfaat yang bisa diraih.


Bagi Lurah Krisna, tempaan sejak muda di jamiyah akan terus dibawanya saat mengemban amanah. Baginya, pengalaman sejak muda sangatlah bermakna dan bisa dipetik saat ini. 


“Doakan saya bisa amanah dan tidak lupa diri dengan terus bergaul dan mendengar keluhan warga,” pungkasnya.


Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin