Daerah

Fakultas Tarbiyah UIJ Gelar Semarak Pembuatan Kartanu

Senin, 18 Januari 2021 | 10:30 WIB

Fakultas Tarbiyah UIJ Gelar Semarak Pembuatan Kartanu

Dosen, karyawan dan beberapa mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIJ menunjukkan gawainya setelah berhasil membuat Kartanu melalui aplikasi Kartanu. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Dalam rangka mensukseskan program PBNU tentang kepemilikan Kartu Tanda Anggota Nahdlatul Ulama (Kartanu) bagi Nahdliyin, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Jember (UIJ) menghelat acara “Sosialisasi Pedoman Penulisan Karya Ilmiah dan Semarak Pembuatan Kartanu Dosen dan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIJ” di aula Ulum AA kampus 1 UIJ, Jalan Kiai Mojo Nomor 101, Kaliwates, Jember, Jawa Timur, Senin (18/1) pagi.


Acara tersebut bukan sekadar sosialisasi namun langsung mempraktikkan pembuatan Kartanu melalui aplikasi yang tersedia, sehingga seluruh mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIJ diharapkan memiliki Kartanu.


Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Tarbiyah UIJ, Jasuli menegaskan bahwa acara tersebut adalah untuk mendukung langkah PBNU terkait seruan kepemilikan Kartanu bagi warga NU. Dikatakannya, secara kultural, semua mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIJ adalah kader NU karena sudah mendapatkan mata kuliah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).


“Tapi dari sisi administrasi, jika belum memiliki Kartanu belum sempurna ke-NU-an kita,” ujarnya.


Menurutnya, Kartanu cukup penting dimiliki oleh mahasiswa dan warga karena merupakan syarat administrasi keabsahan ke-NU-an seseorang. Katanya, memiliki Kartanu cukup membanggakan. Betapa tidak, di Kartanu itu tertera tanda tangan Ketua Umum PBNU yang diberi mandat oleh para ulama untuk menjalankan roda organisasi.


“Di atasnya lagi ada KH Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU, ada KH Wahab Hasbullah dan para wali Allah. Bagaimana kita tidak bangga menjadi orang NU,” tuturnya.

 

 

Namun yang lebih penting dari itu adalah ‘kekuatan’ di balik Kartanu. Katanya, Kartanu seharusnya menjadi rambu bagi kader NU apalagi mahasiswa dalam menjalani kehidupan. Sehingga untuk berbuat yang tidak-tidak, merasa malu kepada identitas yang dimilikinya, yaitu Kartanu.


“Jadi secara moral, orang yang punya Kartanu seharusnya merasa malu untuk melakukan hal yang tercela secara agama. Dan sebaliknya, merasa punya kewajiban untuk membela ulama, dan melestarikan Aswaja,” urainya.


Dalam kesempatan itu, Jasuli, karyawan, para dosen Fakultas Tarbiyah UIJ, dan beberapa perwakilan  mahasiswa  secara serentak membuat Kartanu melalui aplikasi yang tersedia. Dan pada saat yang sama sekitar 100 mahasiswa yang mengikuti acara itu secara virtual juga melakukan hal yang sama dengan membuat Kartanu.
 

“Dan sekitar 400 mahasiswa Tarbiyah akan menyusul untuk membuat Kartanu. Nanti kami wajibkan,” terang Jasuli.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin