Daerah

Hadirkan 5 Pusaka di Silat Camp, Pagar Nusa Gembleng Calon Pelatih

Selasa, 26 November 2019 | 03:00 WIB

Hadirkan 5 Pusaka di Silat Camp, Pagar Nusa Gembleng Calon Pelatih

Kegiatan Pagar Nusa Klaten Ujian Kenaikan Tingkat (Foto: NU Online/Arindya)

Klaten, NU Online
Perkemahan lazimnya identik dengan kepanduan, namun beda dengan perkemahan 3 hari yang diselenggarakan Pagar Nusa sejak Jumat sampai Ahad (22-24/11) di Bumi Perkemahan Tirta Mulya, Kalikotes, Klaten, Jawa Tengah ini.
 
Kegiatan perkemahan yang penuh dengan beragam gemblengan pencak silat ini di sebut dengan Silat Camp Pagar Nusa Jabalahad.  Kegiatan ini merupakan salah satu syarat bagi para santri PSNU Pagar Nusa Padepokan Jabalahad untuk menjadi calon warga atau pelatih Pagar nusa.
 
“Konsep perkemahan atau yang kita sebut Silat Camp ini memang pertama kali kita selenggarakan. Biasanya long march 2 hari dengan pos-pos ujian. Kalau sekarang kita fokuskan kegiatan di satu kawasan," papar Ketua anitia Kegiatan Salim Ukhrowi.
 
Selain itu lanjutnya, prosesi ijazahan dengan kungkum (berendam) semalam suntuk di sunga, juga pertama kali ini dilaksanakan dalam Ujian Kenaikan Tingkat (UKT).
 
Kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka Ujian Kenaikan Tingkat 3 ini tak hanya berjalan dengan konsep baru namun juga budaya baru. Yaitu, diawali dengan upacara adat penyerahan 5 pusaka kepada panitia dan diakhiri dengan upacara pengembalian pusaka.
 
Pusaka yang dihadirkan berupa 1 keris dan 4 tombak milik pengasuh Padepokan Jabalahad, Gus Iman Widodo.
 
"Upacara adat penyerahan pusaka ini merupakan simbol harapan dari penyelenggaraan kegiatan. Di mana masing-masing pusaka memiliki makna yang selaras dengan apa yang diharapkan panitia terhadap mentalitas yang akan terbentuk pada peserta kegiatan," ungkap Dewan Pendekar Pagar Nusa sekaligus pengasuh Padepokan Jabalahad Gus Iman.

Dijelaskan, masing-masing pusaka yang dihadirkan memiliki nama dan filosofi yang berbeda-beda. Berdasarkan keterangan yang didapat dari panitia, ada keris bernama Kiai Sabuk Tampar dengan pamor Bendo Segodo, memilki filosofi ikatan persaudaraan yang mengikat kuat satu sama lain. 
 
"Keris ber luk 9 ini melambangkan harapan bahwa pesilat pagar nusa adalah konsolidator ulung untuk merangkai tatanan masyarakat yang berbudi pekerti luhur," ujarnya.
 
Adapun tombak pertama bernama Nyai Dorodasih dengan pamor pedaringan kebak. Tombak Luk 7 ini melambangkan harapan bahwa pelatih Pagar nusa harus memiliki sifat keibuan dalam mendidik santri-santrinya.
 
Tombak kedua bernama Kiai Panggang Lele. Pusaka Luk 5 dengan pamor adeg ini melambangkan harapan bahwa pendekar pagar nusa adalah manusia tangguh yang mampu survive dan tegak dalam prinsip disituasi sepahit apapun.

"Tombak ketiga bernama Kiai Braholo Seto. Pusaka luk 3 dengan pamor wengkon isen ini melambangkan harapan bahwa anggota pagar nusa yang halus budi pekerti dan perangainya, namun jika wewengkonnya diganggu, lingkungannya disatroni penjahat, maka ia bisa menjadi raksasa yang sangat menakutkan bagi para pelaku kejahatan," bebernya. 
 
Tombak yang keempat bernama Kiai Sidem Kayon. Pusaka dengan pamor wengkon isen ini melambangkan harapan bahwa pendekar pagar nusa adalah pengayom masyarakat dan pembawa ketentraman didaerah tempat tinggalnya.
 
“Adanya pusaka-pusaka tersebut merupakan simbol harapan agar para anggota Pagar Nusa yang ikut kegiatan ini, ke depannya bisa menebarkan nilai-nilai positif bagi masyarakat tempat ia tinggal.
 
"Selain itu kita harapkan antar santri bisa memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat dan jalinan sosial dengan masyarakat yang baik setelah 3 hari digembleng untuk hidup bersama dengan aneka tugas yang harus diselesaikan secara bersama-sama,” tutur Salim kepada NU Online, Senin (25/11).
 
Kegiatan yang diikuti 300 peserta mengangkat tema Mencetak Pesilat yang Cakap, Tanggap dan Religius. ​​​​​​​Peserta yang telah mengikuti kegiatan tersebut selanjutnya akan di wisuda dan diajak ziarah ke beberapa makam Wali Songo dan pendiri Pagar Nusa.

Kontributor: Arindya
Editor: Abdul Muiz