Jember, NU Online
Kendati Indonesia terasa aman-aman saja, namun bukan berarti kemerdekaan yang sudah berusia 74 tahun ini sepi dari ancaman. Ancaman di zaman milenial ini justru lebih halus dan berbahaya.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) ISNU Kalisat, Jember Jawa Timur, Ahmad Badrus Sholihin saat menyampaikan renungan dalam Istighotsah & Renungan Kemerdekaan RI di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Kalisat Jember, Jumat (16/8) malam.
Menurutnya, ancaman tersebut harus diantisipasi sedemikian rupa agar kemedekaan yang sesungguhnya bisa dirasakan oleh rakyat Indonesia. Tidak sekadar merdeka dari penjajahan kolonial tapi juga merdeka secara ekonomi.
“Kita harus merenung tentang ekonomi kita, merenung tentang budaya kita dan sebagainya. Jangan-jangan budaya kita juga terjajah,” ucapnya.
Ia menegaskan, setidaknya ada beberapa hal yang mengancam ‘kemerdekaan’ Indonesia. Pertama, kooptasi ekonomi oleh para kapitalis. Kapitalisme ekonomi sangat tidak menguntungkan bagi rakyat, karena kekuatan ekonomi ada di tangan pemodal.
“Pertanyannya jika pemilik modal berpihak kepada rakyat, enak. Tapi hanya keuntungan yang dikejar, sulit untuk berpihak kepada rakyat,” urainya.
Kedua, penetrasi budaya dan nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa. Harus diakui, budaya asing tumbuh subur di Indonesia seiring dengan perkembanan zaman. Maka jika hal tersebut dibiarkan, budaya lokal akhirnya akan terdesak.
“Kuatkan budaya lokal, hidupkan pengajian Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah),” lanjutnya.
Ketiga, ancaman kelompok-kelompok radikal dan ekstremis yang ingin mengubah bentuk dan sistem bernegara. Ancaman yang satu ini, kata Badrus, merupakan ancaman yang paling serius karena berhubungan dengan sistem negara. Konsekwensinya negara bisa bubar jika ancaman itu berhasil.
“Sekali lagi, marilah kita jaga negara ini dari ancaman yang tersembunyi maupun terang-terangan,” tegasnya.
Badrus mengingatkan betapa susahnya pendiri bangsa ini dalam berjuang mengangkat senjata melawan penjajah. Maka untuk saat ini, tugas santri dan elemen lain adalah berjuang mengangkat nilai-nilai, ilmu dan tradisi pesantren. Dikatakannya, para santri harus terus meningkatkan penguasaan dan kemampuannya di berbagai bidang kehidupan.
“Jadi petani, jadilah petani yang santri, pedagang yang santri, nelayan yang santri, buruh yang santri, guru yang santri, dan sebagainya. Namun nilai paling utama yang harus menjadi landasan adalah kejujuran dan keikhlasan. Dengan begitu, maka sesungguhnya, kita sudah berjuang melawan ancaman yang ada,” pungkassya.
Pewarta : Aryudi AR
Terpopuler
1
Wakil Ketua Umum PBNU Ungkap Beberapa Temuan tentang Jatman
2
Keutamaan-keutamaan Merayakan Maulid Nabi Muhammad
3
Manuver Jokowi dan Kaesang Buyar Jelang Pilkada 2024
4
Perayaan Maulid Nabi yang Dilarang menurut Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari
5
Cerita Sabrina, Kader Muda NU Sulut Terpilih dalam Program Talenta Muda Kemenpora
6
14 Doa Nabi Muhammad yang Termaktub dalam Al-Qur'an, Cocok Dibaca di Hari Maulid Nabi
Terkini
Lihat Semua