Inilah Makna Tigan dan Sirih dalam Tradisi Sekaten
NU Online · Kamis, 1 Januari 2015 | 00:06 WIB
Solo, NU Online
Tak jauh dari tempat terjadinya kebakaran Pasar Klewer, dilaksanakan acara pembagian telur. Namun, pembagian ini dilakukan bukan karena terjadi musibah kebakaran, melainkan sudah menjadi tradisi Keraton Surakarta dalam menyambut datangnya bulan Maulud dan perayaan Sekaten.
<>
“Ini rutin dilakukan setiap Sekaten. Jumlahnya itu seribu telur kamal dan sirih untuk masyarakat, ini dalam rangka pelestarian,” ujar Ketua Pelaksana Maleman Sekaten, KRMH Satryo Hadinagoro, Senin (29/12).
Sebelum dibagikan, terlebih dahulu, ribuan telur (Jawa: tigan) dan sirih itu dibawa dari Keraton dengan dikawal Prajurit Sorogeni, Prawira Anom dan Jayeng Astro dengan kostum dan senjatanya masing-masing.
Tigan kamal bermakna, jika manusia itu ada tiga kejadian yaitu lahir, lakon, dan layon. Jika orang sudah ingat ketiga kejadian ini maka akan tahu jika yang dibawa pulang atau meninggal itu amalan, jika membawa itu makanya akan rahayu.
Sedangkan kinang atau ramuan yang terdiri dari daun sirih, kapur injet dan gambir melambangkan rukun Islam, karena disitu terdapat berbagai rasa. Yaitu, manis, asin, masam, pedas, pahit dan sepet.
“Kinang itu mewujudkan rukun Islam. Kadi setelah menjalankan rukun Islam ini maka akan mendapatkan keselamatan dunia akhirat,” sambungnya. (Ajie Najmuddin/Mahbib)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
Gaji dan Tunjangan yang Terlalu Besar Jadi Sorotan, Ketua DPR: Tolong Awasi Kinerja Kami
3
Membaca Pajak Lewat Kacamata Fiqih NU
4
KPK Tetapkan Wamenaker Immanuel Ebenezer dan 10 Orang Lain sebagai Tersangka Dugaan Pemerasan Sertifikat K3
5
Ekoteologi dan Siri' na Pacce: Etika Lokal Atasi Krisis Lingkungan
6
Gempa Magnitudo 4,9 di Bekasi, Terasa di Jakarta
Terkini
Lihat Semua