Daerah

KBM Tatap Muka, Pesantren IBU Jember Ingin Terbiasa Hidup Sehat

Jumat, 18 Desember 2020 | 03:30 WIB

KBM Tatap Muka, Pesantren IBU Jember Ingin Terbiasa Hidup Sehat

Gedung SMK IBU yang berdiri kokoh di tengah-tengah kompleks Pesantren Islam Bustanul Ulum, Jember. (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online
Boleh dikata bahwa Pondok Pesantren Islam Bustanul Ulum, Desa/Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember Jawa Timur adalah lembaga pendidikan yang sangat siap menyelenggarakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan tatap muka. Kesiapan tersebut bisa dilihat dari tersedianya sejumlah fasilitas layanan kesehatan, antara lain dua ruang isolasi yang cukup representatif dengan sejumlah hospital bed (tempat tidur pasien), televisi, dan ber-AC.  Ruang isolasi dipersiapkan bagi santri dan murid yang mungkin reaktif hasil rapid testnya.


Selain itu, Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum (YPIBU) juga menyiapkan satu ruangan bagi santri dan murid yang mungkin mengalami sakit biasa, satu ruang pemeriksaan kesehatan, dan ruang sarana kesehatan lainnya serta didukung penyediaan satu unit ambulan. Selain itu, 80-an wastafel tempat cuci tangan juga sudah lama dipasang di depan kelas dan sudut-sudut pesantren untuk melayani hampir 5.000 santri dan murid.


“Itu semua aset pesantren yang kami persiapkan untuk menyambut pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Islam Bustanul Ulum, Ustadz Mochammad Hafidi di Jember, Jumat (18/12).


Menurut Ustadz Hafidi, sapaan akrabnya, KBM dengan tatap muka di lembaganya sudah dimulai sejak beberapa waktu lalu, tepatnya saat para santri kembali ke pondok. Santri mukim tetap dilayani pendidikannya, baik untuk kurikulum pesantren maupun kegiatan KBM di lembaga formal, yaitu Madrasah Ibtidaiyah, SMP dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).


Pelaksanaan KBM dengan tatap muka itu, tentu saja sudah melalui tahapan layanan kesehatan untuk memastikan santri tak terpapar virus Corona, seperti rapid test untuk santri, ustadz, guru, bahkan pengasuh pesantren. Rapid test juga dilakukan kondisional misalnya saat santri mau pulang dan saat kembali lagi ke pondok. Demikian juga untuk tenaga pengajar yang keluar daerah, harus menjalani rapid test setelah kembali.


Sedangkan saat KBM berlangsung, menjaga jarak, pemakaian masker merupakan keharusan.


“Kami tidak ingin ambil risiko. Kami akan tunjukkan bahwa pesantren juga bisa, pesantren bukan tempat penularan penyakit,” terangnya.


Sementara untuk santri yang tidak mukim, KBM-nya tetap dilakukan secara daring. Bagi murid yang terkendala sistem daring karena sesuatu dan lain hal, maka dilakukan home visit (kunjungan ke rumah murid). Tujuannya untuk memastikan jenis kendalanya guna dicari jalan keluarnya.


“Semuanya jalan. Yang di pondok dengan KBM-nya jalan. (Murid) yang di rumah dengan daringnya juga jalan. Semua harus jalan, dan ini wajib karena mereka adalah amanah bagi saya dan yayasan,”  jelasnya.


Sedangkan terkait dengan rencana pelaksanaan KBM tatap muka pada Januari 2021, Ustadz Hafidi mengaku sudah mempersiapkan sejumlah langkah. Di antaranya adalah merevisi modul protokol kesehatan agar menjadi panduan yang standar dalam KBM New Normal bagi semua pelaksanaan kegiatan di lembaga-lembaga formal dan non formal di lingkungan YPIBU.


Juga, menyiapkan sarana belajar ala protokol kesehatan, seperti  pengaturan jarak dalam kelas bagi anak didik, penyiapan handsanitizer maupun  faceshield, dan vitamin.


“Dan penyemprotan total bagi semua ruang kelas setiap pagi sebelum anak didik masuk kelas,” ungkapnya.


Selain itu, diadakan pengecekan kondisi kesehatan semua siswa dan tenaga pengajar. Dan secara istiqamah diadakan istighotsah. Kata Ustadz Hafidi, istighotsah itu penting sebagai ikhtiar batin agar Corona segera lenyap.


“Dan kepada Allah tak boleh dilupakan untuk melengkapi ikhtiar lahir. Ini (istighotsah) wajib untuk minta langsung kepada Allah. Sebab secara akal, Corona sulit dihilangkan. Buktinya saat ini Corona malah semakin parah meskipun ratusan miliar, bahkan tirliunan digelontorkan,” urainya.


Anggota DPRD Jember itu menjelaskan, mewabahnya virus Corona telah mengajarkan masyarakat, termasuk santri agar terbiasa menjaga kebersihan, baik dirinya maupun lingkungan. Kebersihan sesungguhnya menjadi kunci penting untuk menolak penyakit, termasuk penyakit Corona. Oleh karena itu, meskipun Corona sudah hilang misalnya, Ustadz Hafidi ingin protokol kesehatan tetap diterapkan di lembaganya.


“Pelaksanaan Prokes (protokol kesehatan) kami tekan terus agar menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dalam komplek  lembaga pendidikan IBU,” pungkasnya.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin