Daerah

Kekeringan di Cibatu Garut, NU Salurkan 20 Ribu Liter Air Bersih

Selasa, 12 September 2023 | 06:00 WIB

Kekeringan di Cibatu Garut, NU Salurkan 20 Ribu Liter Air Bersih

MWCNU Cibatu menyalurkan bantuan air bersih di Desa Kertajaya Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut pada Ahad (10/9/2023) (Foto: MWCNU Cibatu)

Garut, NU Online 
Musim kemarau berkepanjangan membuat sejumlah daerah di Indonesia mengalami kekeringan, termasuk di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Akibat kekeringan tersebut, banyak warga yang mengalami keresahan karena sulit mendapatkan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 


Mengatasi hal itu, pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Cibatu turut menyalurkan bantuan 20.000 liter air bersih di lima Rukun Warga (RW) Desa Kertajaya Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut pada Ahad (10/9/2023).


Ajengan Asep A Yani Jaelani, Rais Syuriyah MWCNU Cibatu kepada NU Online menyampaikan kebutuhan air bersih bagi masyarakat di wilayah binaannya masih kurang. Sebanyak 20 ribu liter air bersih yang disalurkan hanya bisa mencukupi beberapa titik saja.


"Kami baru bisa menyalurkan dua tanki air bersih dengan kapasitas masing-masing 10.000 liter di Desa Kertajaya, sedangkan daerah lainnya masih membutuhkan penyaluran air bersih bagi masyarakat yang juga mengalami kekeringan," ujar Ajengan Asep.


Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qadir Kampung Dungusari 01/09 Desa Wanakerta Kecamatan Cibatu itu menambahkan dari sebelas desa yang ada di Cibatu, bantuan air bersih yang disalurkan belum mencukupi seluruhnya. "Karena 65 persen wilayah Cibatu merupakan lahan kering, walaupun tidak semua wilayah Cibatu mengalami kekeringan," ujarnya. 


Selain itu, pihaknya juga sedang menggencarkan konsolidasi organisasi untuk memetakan kebutuhan masyarakat dalam upaya memberikan manfaat bagi masyarakat.

 

"MWCNU Cibatu masih terus melakukan kordinasi dengan masyarakat untuk penyaluran air bersih ke tiap kampung yang membutuhkan," tutupnya.

 

Prediksi BMKG
Sementara itu, sebagian besar wilayah di Indonesia pada September 2023 ini telah memasuki musim kemarau. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa berdasarkan hasil analisa BMKG, sebanyak 78,5 persen dari total zona musim telah memasuki musim kemarau.


"Hasil pemantauan menunjukkan bahwa saat ini sekitar 78,5 persen dari total zona musim telah memasuki musim kemarau. Jadi, poinnya adalah sebagian besar wilayah Indonesia saat ini telah memasuki musim kemarau," katanya sebagaimana dalam tayangan Youtube BMKG diakses NU Online, Senin (11/9/2023).​​​​​​​

 

Dwikorita menjelaskan, secara umum, kemarau yang pada tahun 2023 terjadi secara bertahap dimulai dari April hingga Juni 2023 dan mencapai puncaknya di bulan Agustus hingga September. "Jadi saat ini di sebagian besar wilayah Indonesia memasuki musim kemarau," jelasnya, kembali menegaskan. 


Dari sejumlah wilayah di Indonesia yang mengalami musim kemarau, data BMKG menyebutkan bahwa tak sedikit daerah yang justru lebih awal sudah merasakan musim panas. "Hingga bulan Agustus 2023 hasil pemantauan menunjukkan terdapat 37,5 persen dari zona musim di Indonesia yang mengawali awal musim kemarau lebih awal dari normalnya," tuturnya.

 

Musim kemarau yang terjadi saat ini menurut Dwikorita lebih panjang dan lebih kering daripada kondisi normalnya. Hal ini dipicu oleh fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang saling menguat. 


Analisis BMKG terhadap data suhu muka laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa gangguan iklim El Nino mulai muncul pada pertengahan bulan Mei 2023 dan terus perkembang mencapai El Nino moderat sejak akhir Juli 2023. Kondisi El Nino moderat ini tetap bertahan hingga awal 2024. "Dan saat ini indeks El Nino berada pada nilai positif 1,504," ucapnya.


Di Samudera Hindia, lanjut dia, pemantauan anomali suhu muka laut menunjukkan adanya kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) fase positif dengan indeks saat ini posiitif 1,527 dan diprediksi akan tetap positif hingga akhir tahun 2023.

 

"Jadi, maknanya indeks IOD positif, El Nino moderat dua-duanya berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan di wilayah kepulauan Indonesia," terangnya.