Daerah

Ketua Jatman NU Sulsel: Orang Bertarekat itu Keren

Jumat, 20 September 2019 | 10:15 WIB

Ketua Jatman NU Sulsel: Orang Bertarekat itu Keren

Jamaah Suluk (Pengkaderan Tarekat) Angkatan V tahun 2019 di Makassar berpose usai acara. (Foto: NU Online/Andy M Idris)

Makassar, NU Online
Mudir Jamiyyah Ahlu Ath-Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (Jatman) NU Sulsel Prof Dr H Abdul Kadir Ahmad mengatakan bahwa bertarekat itu keren. Di era milenial, orang berbondong-bondong masuk tarekat keren sekali.
 
“Era sekarang bertarekat itu keren. Orang yang bertarekat adalah keren,” tandas Kadir Ahmad saat membuka Suluk (Pengkaderan Tarekat) Angkatan V tahun 2019 di Makassar.
 
Kegiatan rutin setiap periode yang digelar selama tiga hari, Senin-Rabu 16-18 September 2019 ini diinisiasi Jam'iyah Khalwatiyah Syekh Yusuf al-Makassariy. Suluk tersebut merupakan kegiatan rutin setiap periode kepengurusan Jam'iyah. 
 
Pria yang juga Peneliti senior di Balai Litbang Agama (BLA) Makassar Balitbang Diklat Kemenag RI dalam sambutannya mengurai sejarah Islam di Nusantara bahwa masuk dan berkembangnya agama ini di berbagai wilayah diperankan oleh ulama Tarekat.
 
Syekh Yusuf al-Makassari sebagai mursyid Khalwatiyah, kata dia, mengembangkan Islam di Sulawesi sampai ke Banten. Bahkan, sampai di daratan Afrika Selatan dan jazirah Arab lainnya dengan metode tasawuf, menggunakan manhaj tarekat. 

Pentingnya Tarekat 
Di tempat yang sama, Ketua Umum Jam'iyah Khalwatiyah H Anwar Abubakar dalam sambutannya mengatakan pentingnya mengamalkan tarekat di era milenial.
 
“Jamaah tarekat harus memperkuat amalannya sebagai wahana peningkatan profesi masing-masing individu dan penguatan SDM jamaah di internal jam'iyah. Ini dalam rangka pengasahan kualitas lahir dan batin, sinergitas kekuatan akal dan kalbu,” tuturnya.
 
Saat pemaparan materi suluk, Anwar Abubakar kembali memotivasi peserta agar seorang murid jamaah tarekat tetap istiqamah dalam ketulusan menerima ilmu dan hikmah dari mursyid. “Ikhlas berkhidmat kepada mursyid sebagai simbol kecintaan (mahabbah) seorang murid kepada syekhnya karena Allah semata,” tandasnya.
 
Menurut pria yang juga Kakanwil Kemenag Sulsel ini menambahkan, istiqamah, ikhlas, dan tulusnya murid berkhidmat kepada sang guru merupakan output suluk. “Output itu dapat dijadikan amaliah sekaligus bekal dalam mengarungi kehidupan menuju hasanah fiddunya wa hasanah fil akhirah,” terangnya.
 
Begitu tulus ikhlasnya mursyid mentransfer ilmu dan hikmah kepada para murid, lanjut dia, seharusnya demikian pula kadar ketulusan dan keikhlasan murid menerima ilmu dan hikmah untuk diamalkan demi keberkahan hidup dan meraih ridha Allah. 
 
Istiqamah dan Tulus Ikhlas
Materi sekaligus tausiah Ketua Jam'iyah tersebut diapresiasi oleh Mursyid Khalwatiyah Habib Abdurrahim Assegaf (Puang Makka) dengan penekanan pentingnya istiqamah disertai keikhlasan dan ketulusan dalam melaksanakan amaliyah tarekat.
 
“Satu amalan yang dilaksanakan secara istiqamah jauh lebih baik ketimbang seribu amaliyah tapi tidak konsisten,” tandas Puang Makka mengakhiri materinya tentang urgensi kemursyidan.
 
Materi lain di Suluk Jam'iyyah Khalwatiyah yang diikuti 190 orang peserta dari jamaah internal Khalwatiyah adalah tentang adabus salik (adab murid terhadap guru) yang dipaparkan oleh Syekh Imran Abdillah.
 
Sementara materi tentang amaliah Thariqiyah disampaikan Katib 'Aam Kiai Mahmud Suyuti. Materi lain yang disajikan adalah Dinamika Kelompok yang dipandu oleh Sekjen Jam'iyyah sekaligus Widyaiswara Balai Diklat Keagamaan (BDK) Makassar Balitbang Diklat Kemenag RI, H Asep Saifullah, dan Wakil Sekjen, Ustadz Dr Maulana.
 
Suluk ditutup secara resmi oleh mursyid Habib Puang Makka dirangkai dengan pengijazahan amaliyah tarekat kepada seluruh peserta.
 

Kontributor: Andy M Idris
Editor: Musthofa Asrori