Daerah

Kiai Zainul Hasan: Mengapa Ada yang Hasut ke NU?

Senin, 9 Maret 2020 | 00:30 WIB

Kiai Zainul Hasan: Mengapa Ada yang Hasut ke NU?

Suasana Musker II MWCNU Kadur, Pamekasan, Nahdliyin dicerahkan dengan gerakan transnasional yang mencoba merongrong NU. (Foto: NU Online/Hairul Anam)

Pamekasan, NU Online

NU dan menjadi pengurus NU tidak akan pernah terlepas dari berbagai tantangan. Berjuang di NU, berarti harus selalu siap dihadapkan pada ragam hasutan atau fitnah yang menyertainya. Meski begitu, nilai barokah dalam pengabdian di NU sudah pasti mengiringinya.

 

Demikian ditegaskan Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, KH Zainul Hasan saat memberikan pengarahan di Musyawarah Kerja (Musker) II MWCNU Kadur di Lembaga Pendidikan Islam Al Anshoriyah, Pamoroh, Kadur, Ahad (9/3) pagi.

 

Menurutnya, penampilan NU cukup elegan, tidak pernah memusuhi orang, dan dalam berdakwah tidak dengan cara mengejek.

 

“NU juga tidak pernah memukul, tapi kita berdakwah dengan cara merangkul. Tapi mengapa hingga sekarang masih ada yang hasut atau suka memfitnah NU?" sesalnya.

 

Menurut Kiai Zainul Hasan, terdapat beberapa penyebab NU kerap dihasut atau difitnah oleh organisasi yang rata-rata berpaham transnasional. Mereka merasa penting dan butuh memfitnah organisasi yang didirikan oleh waliyullah Mbah Hasyim Asy'ari tersebut.

 

Penyebab yang pertama, kata Kiai Zainul Hasan, karena NU adalah organisasi terbesar di Indonesia, bahkan di dunia tidak ada organisasi yang bisa menandingi NU.

 

Jumlah pengurus dan warga NU di Indonesia, tambah Kiai Zainul Hasan, sedikitnya menembus angka 108 juta orang; kurang lebih 40 persen dari jumlah penduduk. Sementara organisasi lain jumlahnya hanyal nol sekian persen.

 

"Bayangkan jika 40 persen ini berontak kepada negara, bisa sangat berbahaya, dapat menimbulkan perang saudara yang cukup besar. Kita berdoa semoga ini tidak pernah terjadi," tegasnya.

 

Diterangkan, NU tidak akan pernah menjadi pelopor perpecahan di Indonesia. Sebab, Indonesia ini merupakan negara warisan para pendiri NU. NU adalah pemilik saham terbesar dalam kemerdekaan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

 

"Penyebab selanjutnya mengapa NU sering didengki adalah karena paham yang dianutnya adalah tawassuth atau moderat," ungkap Kiai Zainul Hasan.

 

NU, tambah Dosen IAIN Madura tersebut, tidak kekanan-kananan maupun kekiri-kirian. Kekanan-kananan maksudnya hendak mendirikan negara khilafah, sementara kekirian mengerucut pada paham sekuler yang cenderung mengabaikan keagamaan," terangnya.

 

Dalam kesempatan itu, Kiai Zainul Hasan mengajak seluruh pengurus dan warga NU di Kecamatan Kadur untuk tidak terbawa arus provokasi organisasi di luar NU. Jangan sampai nilai-nilai an-Nahdliyah tercerabut karena hasutan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

 

"Sejatinya yang hasut pada NU itu, adakalanya karena belum paham NU. Kalau sudah memahaminya menggunakan hati dan pikiran, insyaallah mereka langsung ber-NU. Sejarah dan perkembangan terkini sudah banyak buktinya," papar Kiai Zainul Hasan.

 

Pihaknya menekankan kepada para pengurus agar fokus pada kegiatan-kegiatan positif, tidak perlu pusing memikirkan hasutan-hasutan yang dilakukan orang di luar NU. Cacian terhadap NU, jangan sampai direspon dengan cacian juga.

 

"Tapi sikapi dengan doa beserta kegiatan-kegiatan NU dimassifkan serta diviralkan," terangnya.

 

Memviralkan kegiatan dan paham-paham an-Nahdliyah di media sosial (medsos) maupun di media massa, tambahnya, sudah pasti bernilai ibadah. Apalagi itu diniatkan untuk menghadang fitnah-fitnah terhadap NU yang sama sekali tidak punya dasar yang bisa dipertanggungjawabkan.

 

"Realisasikan ragam program kerja NU, selanjutnya viralkan di medsos maupun media massa. Haqqul yaqin berpahala dan kita bisa meraih keberkahan dalam pengabdian di NU," tukasnya.

 

Kontributor: Hairul Anam

Editor: Aryudi AR