Daerah

Menguatkan Nasionalisme Generasi Milenial Papua

Kamis, 3 Juni 2021 | 05:30 WIB

Menguatkan Nasionalisme Generasi Milenial Papua

Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online 
Dalam rangka merayakan Hari Lahir Pancasila, Universitas Kristen Indonesia (UKI) mengadakan seminar bertajuk Dialog Kebangsaan Lintas Generasi Papua bersama Freddy Numberi, Ketua Forum Senior dan Milenial Papua (Forsemi Papua), Rabu (2/6) sore.
 
Pada sesi tanya jawab, Freddy mendapat pertanyaan dari salah satu perserta, Charles: Apakah pancasila masih sakti meredam isu separatis dan terorisme? serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk tanah air Papua supaya nasionalisme orang Papua terhadap NKRI tetap ada? 
 
Menjawab pertanyaan itu, Freddy mengatakan generasi milenial perlu mendalami nilai-nilai dari Pancasila. “Jika mendalami kembali dan mampu menghayati nilai hakiki dari pancasila maka di era digitalisasi dewasa ini, internalisasi nilai dari Pancasila dapat terwujud dalam sepak terjang kita,” ajak Freddy dihadapan peserta seminar sore itu.
 
Jadi, sambung Freddy, tugas kita bukan mematikan atau meredam pancasila tetapi justru sebaliknya harus ikut menghidupkan Pancasila. Artinya penghayatan nilai-nilai pancasila harus dilakukan oleh generasi milenial karena mereka (generasi milenial) di era globalisasi menghadapi tantangan lebih banyak. 
 
Freddy mengungkapkan Pancasila telah diobrak-abrik oleh anak bangsa sendiri dengan paham radikal dan rasisme yang berkembang. Seharusnya hal itu tidak boleh terjadi manakala penghayatan nilai Pancasila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara baik.
 
“Di era digitalisasi saya berpesan agar nilai-nilai Pancasila ke depan harus dihayati dengan benar dan diaplikasikan dengan baik karena manakala cerai berai maka akan menguntungkan pihak-pihak yang mengharapkan Indonesia bubar,” pesan Freddy. 
 
Sementara itu Komjen Pol, Paulus Waterpauw menambahkan bahwa pokok persoalan yang ada di Papua berawal dari rendahnya pemahaman nilai-nilai Pancasila, ide nasionalisme, dan wawasan kebangsaan Indonesia di Papua. 
 
“Selain itu belum optimalnya kepemimpinan daerah yang berwawasan Pancasilais di Papua, pembangunan Papua belum memenuhi harapan masyarakat dan belum adanya kelembagaan yang perlu disosialisasikan untuk mengembangkan nilai-nilai serta wawasan kebangsaan di Papua,” terang Paulus.
 
Menurut Paulus untuk mencapai itu harus melihat pengaruh dari berbagai sisi. Misalnya, sisi global yang juga memiliki pengaruh besar, kondisi dalam negeri seperti Covid-19 selain itu nilai Pancasila tergerus habis karena perilaku koruptif, krisis moralitas, krisis keteladanan, pelanggaran HAM, rendahnya SDM, dan konflik sosial.
 
Terakhir ia menyampaikan sebagai generasi yang mengisi kemerdekaan merupakan tugas bersama untuk berdiskusi, membahas, dan mengkaji bagian-bagian yang menjadi konsep bangsa serta dibutuhkan dialog terus menerus agar mencapai kesepakatan bersama. 
 
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syamsul Arifin