Daerah

Meski Hidup Sederhana, Nenek 75 Tahun Ini Wakafkan Tanah untuk Bangun Mushala

Jumat, 31 Maret 2023 | 23:01 WIB

Meski Hidup Sederhana, Nenek 75 Tahun Ini Wakafkan Tanah untuk Bangun Mushala

Tarisem (duduk di kursi) nenek 75 tahun yang berprofesi sebagai pemasak gula merah yang mewakafkan tanahnya untuk pembangunan mushala di kampungnya di Desa Karanggude Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: istimewa)

Banyumas, NU Online
Usia lanjut dengan keterbatasan harta tetapi jiwanya kaya raya. Ungkapan ini rasanya tidak berlebihan disematkan kepada Tarisem, perempuan 75 tahun, warga Desa Karanggude Kecamatan Karanglewas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.


Tarisem adalah ibu dengan tiga anak dan berprofesi sebagai pemasak gula kelapa di rumahnya sehingga penghasilannya minim. Tetapi, dengan kedermawanan, ketulusan, keikhlasan lahir batin, ia dan anggota keluarganya mewakafkan tanah demi pembangunan mushala di desanya. Tanah seluas 20 ubin atau setara 240 meter persegi diwakafkan Tarisem sebagai sarana ibadah di lingkungannya.


Tarisem mengaku dengan tulus ikhlas mewakafkan tanahnya karena menjadi bagian dari sebuah ikhtiar untuk sangu atau bekal di kehidupan berikutnya. Tentu saja dia berharap bisa mendapat ridha Allah Swt.


"Saya ikhlas dan tanah wakaf ini akan dibangun mushala oleh ketua dan pengurus RT setempat," katanya saat silaturahim Jaringan Pengelola Zakat, Infak, Sedekah Nahdlatul Ulama Berkah Remen Silaturahmi (JPZISNU Beres) Purwokerto Barat, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (22/3/2023) pagi.


Suami Tarisem telah meninggal dunia beberapa tahu silamm. Tanah yang dia wakafkan adalah hasil dari pembelian bertahap dari uang yang ditabungnya.


Ketua JPZISNU Beres Purwokerto Barat, Ustadz Daryanto pun mengaku heran dengan ketulusan Tarisem. Saat silaturahiim tersebut Ustadz Daryanto didampingi beberapa Ketua RT, tokoh masyarakat dan petugas lapangan JPZIS Beres. Ustadz Daryanto juga sempat berbincang-bincang dengan Tarisem.


"Saya merasa haru dengan apa yang telah dilakukan Nenek Tarisem. Dia bukan orang sugih (kaya raya) harta, tetapi sugih hati," katanya.


Menurut Ustadz Daryanto, apa yang dilakukan Tarisem adalah hal yang sangat luar biasa. "Semoga bisa menjadi teladan untuk yang lainnya," harapnya.


Selama ini Tarisem dalam mengarungi kehidupan sangatlah sederhana. Sebuah dapur berdinding anyaman bambu dan sebagian beratap genteng, biasa dia pergunakan untuk memasak gula merah berbahan nira kelapa.


Saat datang, Ustadz Daryanto dan romobongan juga memberikan bantuan JPZIS Beres berupa material semen untuk mushala yang tengah dibangun di atas tanah wakaf dari Tarisem.


Ustadz Daryanto mengusulkan agar Tarisem dan anggota keluarganya bisa mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS). "Selain itu JPZIS Beres juga akan nyengkuyung (membantu) rangkaian proses tersebut," tandas Ustadz Daryanto.


Kontributor: Djarmanto
Editor: Kendi Setiawan