Daerah

Nyai Masriyah Amva: Esensi Lebaran Ketupat Berbagi kepada Sesama

Sabtu, 23 Juni 2018 | 12:30 WIB

Nyai Masriyah Amva: Esensi Lebaran Ketupat Berbagi kepada Sesama

Pengasuh Pondok Kebon Jambu Al Islamy, Nyai Hj Masriyah Amva

Cirebon, NU Online
Ada dua kali pelaksanaan Lebaran yang dikenang masyarakat Jawa pada umumnya, yaitu Idul Fitri dan Lebaran Ketupat. Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan Lebaran Ketupat adalah sepekan sesudahnya atau tanggal 8 Syawal. Perayaan Lebaran Ketupat dilakukan dengan saling berkunjung ke rumah warga. Saat bersilaturahim pengunjung mendapatkan sajian khas berupa ketupat sayur lengkap dengan aneka lauk pauk.

Ketupat adalah jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong yang kemudian dimasak dalam waktu lama. Setelah masak, ketupat tersebut diantarkan kepada kerabat terdekat dan kepada mereka yang lebih tua, sebagai simbol kebersamaan dan lambang kasih sayang.

Tradisi ini meluas termasuk di Pondok Kebon Jambu al-Islamy, Pesantren Babakan Ciwaringin yang terletak di Cirebon, Jawa Barat. Masyarakat yang berasal dari wilayah III Cirebon berbondong-bondong ngalap berkah kepada kiai-nyai yang ada di Pesantren Babakan.

Pengasuh Pondok Kebon Jambu Al Islamy, Nyai Hj Masriyah Amva, menyampaikan sesungguhnya esensi dari Lebaran Ketupat adalah itikad kita untuk berbagi kepada sesama manusia. "Dengan berbagi kepada sesama manusia hidup terasa indah. Dengan suguhan yang kita sediakan membuat orang-orang sumringah dan bahagia," kata Ibu, panggilan akrab para santri kepada Nyai Hj Masriyah Amva, Jumat (22/6).

Uniknya, di Kebon Jambu tidak menyediakan hidangan ketupat, tetapi diganti dengan bakso. Hal ini sama sekali tidak menggantikan atau melenceng dari tradisi yang ada. Sebagaimana di sampaikan Nyai Hj Masriyah Amva, bakso selalu bikin orang-orang sumringah dan bahagia.

"Setelah mereka keliling dan kecapean, terus makan bakso. Ibarat penghilang lelah dan membuat bugar kembali," katanya sambil tersenyum.

Hisyam, salah seorang santri Pondok Kebon Jambu, mengatakan masyarakat berdatangan dengan menggunakan angkot maupun bus atau menggunakan parade motor. Mereka biasanya meminta wejangan singkat mengenai hikmah dan nasihat-nasihat indah dari para kiai dan nyai.

Hisyam menceritakan biasanya selepas meminta nasihat dari kiai dan nyai, masyarakat dipersilakan menikmati hidangan yang ada, yaitu ketupat. Karena keliling ke beberapa kiai dan nyai, setiap selesai sowan mereka ngalap berkah makan ketupat. "Nah, di Kebon Jambu justru makan bakso, sehingga lebih fresh aja setelah keliling-keliling," jelas Hisyam. (Ayub Al Ansori/Kendi Setiawan)