Daerah

Pelajar NU Bekasi Ziarah Makam Ulama-Pejuang di Hari Kemerdekaan

Selasa, 18 Agustus 2020 | 03:50 WIB

Pelajar NU Bekasi Ziarah Makam Ulama-Pejuang di Hari Kemerdekaan

Pelajar NU Bekasi.

Bekasi, NU Online

Dalam rangka memperingati HUT ke-75 RI, Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kabupaten Bekasi melakukan ziarah bersama ke makam ulama sekaligus pejuang di Tanah Bekasi KH Djahari Nawawi, di Kampung Ceger, Desa Muktiwari, Cibitung, Bekasi, pada Senin (17/8).


Menurut penuturan Ketua PC IPNU Kabupaten Bekasi Rifqi Thariq, KH Djahari menetap di Kampung Ceger sejak menikah. Ketika itu, ketidaksukaannya terhadap penjajah Belanda mulai muncul sejalan dengan kesadaran, bahwa Belanda merampas bangsa dan negaranya. 


"Sampai menyebabkan rakyat menjadi miskin dan menderita," kata Thariq. 


Kemudian, Kiai Djahari meningkatkan aktivitas dakwahnya di Kampung Ceger dan sekitarnya. Beberapa daerah itu adalah Kampung Telar, Pulo Gebang, Sasak Bakar, Tanah Ungkuk, Gabus, Kosambi, Mulo Tiga, Pulo Murub, Kobak Badak, dan Bulak Kunyit. 


"Sembari berdakwah, beliau memberikan kesadaran pada masyarakat soal arti penting perjuangan untuk mengusir penjajah Belanda," jelas mahasiswa tingkat akhir di Institut Islam Shalahuddin Al-Ayyubi (Inisa) Bekasi ini.  


Tujuan diadakannya kegiatan ziarah ke makam ulama sekaligus pejuang itu, menurut Thariq adalah untuk merefleksi ingatan sejarah tentang pejuang ulama dalam merebut kemerdekaan.  


"Tujuan kita mengadakan ziarah seperti ini adalah untuk mengenang kembali peran ulama dalam merebut kemerdekaan RI," katanya. 


Ditegaskan, peran ulama dalam kemerdekaan Indonesia sangat besar. Mereka rela mengorbankan harta, tenaga, dan jiwa untuk berjuang dan merebut, serta mempertahankan kemerdekaan.


"Mereka menjadi lini terdepan dalam kemerdekaan Indonesia," tegas pria kelahiran asli Bekasi ini.


Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa para ulama pejuang terdahulu juga menjadikan pesantren-pesantren sebagai markas dan tempat perlindungan bagi para tentara pejuang. Di pesantrenlah para pejuang menghimpun kekuatan dan menyusun strategi penyerangan maupun pertahanan.


Namun, Thariq menyayangkan generasi kekinian yang telah banyak melupakan sejarah perjuangan ulama. Katanya, generasi muda sekarang tengah kehilangan ruh dan akarnya. Mereka telah lupa dengan sejarah kepahlawanan pendahulunya. 


"Kita tidak akan menemukan pohon yang besar sampai mencakar langit tanpa ditopang dengan akar yang kuat. Kita tidak akan mampu membangkitkan semangat kepahlawanan dalam diri generasi kita, jika mereka buram dalam sejarah perjuangan kaum muslimin dalam meraih kemerdekaan Indonesia," pungkasnya.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad