Daerah HARI SANTRI 2019

Pelepasan Merpati Iringi Hari Santri di Kawasan Ponorogo

Senin, 14 Oktober 2019 | 02:30 WIB

Pelepasan Merpati Iringi Hari Santri di Kawasan Ponorogo

Apel Akbar Hari Santri 2019 di Lapangan Desa Glinggang, Sampung, Ponorogo. (Foto: NU Online/Miftahur Rohman Arrosidi)

Ponorogo, NU Online
Jayalah bangsa, jaya negara, jayalah pesantren kita. Begitulah penggalan mars hari santri yang berkumandang pada giat acara Apel Akbar Hari Santri 2019 di Lapangan Desa Glinggang, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Ahad (13/10).
 
Acara yang diselenggarakan oleh keluarga besar NU bersama Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) Kecamatan Sampung yang dihadiri kiai, jajaran Forpimka dan Kemenag Ponorogo tersebut melibatkan seluruh santri dari 23 madrasah diniyah yang berada di bawah naungan Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU), Juga 4 pondok pesantren, MI, MTs, MA, pencak silat NU (Pagar Nusa dan GASMI) dan pengurus NU beserta seluruh badan otonom atau Banom.
 
Marjuni yang merupakan Kasi PD Pontren Kemenag Ponorogo dalam sambutannya sebagai inspektur upacara menegaskan bahwa santri harus berkontribusi positif bagi perdamaian dunia serta menghapus stigma pendidikan Islam sebagai sumber pemahaman ekstrimisme dan radikalisme. 
 
"Hari santri tahun ini dan di era digital merupakan momentum untuk mempertegas kembali peran santri sebagai pioner perdamaian yang berorientasi pada spirit moderasi Islam di Indonesia,” katanya di hadapan peserta. 
 
Dengan karakter kalangan pesantren yang moderat, toleran dan komitmen cinta tanah air diharapkan para santri semakin vokal untuk menyuarakan dan meneladankan hidup damai.
 
“Serta menekan lahirnya konflik di tengah-tengah keragaman masyarakat,” tegasnya.
Dirinya mengajak peserta menebarkan perdamaian kapan pun, di manapun dan kepada siapa pun. 
 
Sementara itu, menurut Syamsul Arifin yang merupakan salah seorang kepala madrasah diniyah sekaligus Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sampung mengatakan bahwa sudah menjadi kewajiban bagi santri untuk meneruskan perjuangan kiai.
 
“Yakni dalam menegakkan Islam yang rahmatan lil alamin dalam bingkai NKRI baik itu di dunia nyata terlebih lagi di dunia maya atau media sosial,” ungkapnya.
 
Dalam pandangannya, santri wajib mengilhami betul apa itu Resolusi Jihad. 
 
“Jika dulu para kiai dan pahlawan berjihad dengan senjata, sudah waktunya santri sekarang jihad bil-medsos.Kalau bukan santri, lalu siapa lagi?” tandas Syamsul.
 
Dalam rangkaian giat tersebut diadakan acara pelepasan merpati oleh Kapolsek Sampung bersama Majelis Wakil Cabang  Nahdlatul Ulama (MWCNU)  Sampung.
 
Hal tersebut sebagai simbol sinergitas antara santri dan pemerintah dalam beresolusi jihad menegakkan perdamaian dan menangkal segala bentuk radikalisme.
 
 
Kontributor: Miftahur Rohman Arrosidi
Editor: Ibnu Nawawi