Daerah

Pengurus NU di Kawasan Sumenep Ini Sekaligus Pegiat Masjid

Senin, 2 Desember 2019 | 11:00 WIB

Pengurus NU di Kawasan Sumenep Ini Sekaligus Pegiat Masjid

Pertemuan rutini bulanan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama  (PRNU) di Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Sumenep. (Foto: NU Online/panitia)

Sumenep, NU Online
Ikhtiar untuk terus meningkatkan kiprah Nahdlatul Ulama di akar rumput dilakukan dengan merangkul para pengurus masjid dan mushala. Hal tersebut ternyata lebih efektif dan ampuh sebagaimana dilakukan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Batuputih Daya, Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. 
 
Hal tersebut semakin nyata pada pertemuan rutin bulanan istighotsah dan pemantapan NU yang digelar kepengurusan PRNU Batuputih Daya pada Ahad (1/12) siang hingga petang. 
 
Pada acara yang dipusatkan di rumah Kiai Ahmad Diya' yang berada di Dusun Batu Bintang, Desa Batuputih Daya tersebut dihadiri ratusan orang sebagai perwakilan dari PRNU, Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama, hingga badan otonom NU di kawasan setempat.
 
Dalam sambutannya, Ketua PRNU Desa Batuputih Daya, Kiai M Satrawi AB menjelaskan bahwa kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap bulan dengan cara bergiliran.
 
“Pengurus Anak Ranting NU di wilayah kami berbasis masjid. Seluruh takmir masjid se-Desa Batuputih Daya sekaligus menjadi Pengurus Anak Ranting NU. Sementara remaja masjidnya menjadi Pengurus Anak Ranting badan otonom NU,” katanya.
 
Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Batuputih, KH Ali Wafa Erfan mengapresiasi ikhtiar yang dilakukan kepengurusan di kawasan tersebut. Dirinya juga mengajak semua pihak untuk tidak pernah bosan dalam mengabdikan diri di NU.
 
“Jangan pernah segan untuk mengurus NU. Karena kita yang hadir ini adalah alumni pesantren. NU ini lahir dari pesantren. NU adalah warisan ulama kita yang harus dijaga. Berjuang di NU, berarti kita menjaga warisan ulama. Menjaga warisan kiai kita sendiri,” tegasnya.
 
Dirinya juga berharap seluruh pengurus NU di tingkat MWCNU, PRNU dan Anak Ranting NU ikut pendidikan kader. Agar nanti benar-benar paham tentang NU dan memiliki skiil dalam menjalankan roda organisasi. 
 
“NU akan kuat jika ditopang dengan kader yang militan,” ungkapnya.
 
Ustadz Zainul Hasan sebagai Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep mengemukakan bahwa kekuatan NU terletak pada beberapa hal.
 
“NU didirikan oleh para waliyullah. Sekalipun banyak struktur NU yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi semakin hari, NU semakin berkembang. Karena para muassis ikut menjaga NU dari alam sana,” katanya. 
 
Dirinya kemudian membandingkan dengan organisasi lain yang sudah termenej dengan rapi dan dikelola secara modern. Tapi yang terjadi, semakin hari bukan semakin berkembang, tetapi jamaahnya semakin merosot. 
 
“Inilah kekuatan NU yang tidak bisa dinalar,” jelasnya.

Lebih lanjut, Ustadz Zainul Hasan mengtemukakan bahwa NU memiliki tradisi keagamaan yang khas dan sanad yang jelas. 
 
“Tradisi kita sangat kokoh, kuat dan mengakar. Sekalipun struktur NU-nya tidak jalan, tetapi tradisi keagamaannya tetap tumbuh subur di tengah masyarakat,” katanya. 
 
Begitu pula dalam hal sanad, baik sanad keilmuan, sanad perjuangan, sanad biologis, sanad ubudiyah, semuanya jelas dan nyambung sampai ke Rasulullah. 
 
“Orang NU belajar ilmu langsung pada sumber aslinya yaitu kitab-kitab muktabar berbahasa Arab, bukan pada buku terjemahan. Belajarnya pun dengan cara berguru pada kiai, bukan berguru pada google. Itulah yang membedakan kita dengan kelompok lain,” jelasnya.

Dikemukakannya bahwa NU memiliki struktur organisasi paling lengkap, mulai dari tingkat pusat sampai tingkat paling bawah (dusun). Persis seperti strukturnya negara.
Demikiamn pula NU memiliki jamaah paling banyak atau mayoritas. Tidak ada organisasi lain yang sebanyak NU jamaahnya. 
 
Dikemukakan bahwa menurut survei terbaru, kebesaran NU di tanah air saat ini mencapai 49,5 persen dibandingkan dengan organisasi keagamaan lain. 
 
“Dari data tersebut, sebenarnya kita ini adalah sebuah kekuatan yang tidak tertandingi. Hanya saja banyaknya jamaah kita selama ini masih cenderung jalan sendiri-sendiri. Barisan kita masih belum rapi. Shaf kita masih belum lurus. Efektifitas komando organisasi belum maksimal. Makanya, pengakaderan itu penting untuk terus kita galakkan. Agar cita-cita Mbah Hasyim As'ari saat NU didirikan dulu yaitu litauhiidi shufuufil ulama benar-benar bisa kita wujudkan,” ungkapnya.
 
Dijelaskan pula bahwa NU memiliki perangkat organisasi sangat lengkap. 
 
“Semua bidang ada yang menangani. Jika negara memiliki kementerian, NU memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari lembaga, badan khusus dan badan otonom,” ungkapnya.
 
Di ujung penjelasan, Ustadz Zainul Hasan mengingatkan, sebagai pengurus NU hendaknya menjadi contoh dan teladan yang baik. 
 
“Ingat, annaasu 'ala dini mulukihim bahwa orang itu tergantung kata pemimpinnya. Jangan jadi pengurus yang justru jadi urusannya organisasi. Karenanya tingkatkan kinerja, pompa gairah. Ingat, kita ini adalah pengurus yang dibaiat untuk mengabdi pada organisasi, bukan untuk mencari penghidupan di organisasi,” tutupnya.
 
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR