Daerah RAKERNAS PERGUNU

Pergunu Yakin Ubah Orientasi Pendidikan Indonesia

Sabtu, 25 Februari 2017 | 13:07 WIB

Lombok Tengah, NU Online
Persatuan Guru Nahdlatul berkeyakinan mampu mengubah orientasi pendidikan Indonesia yang saat ini berorientasi pekerjaan, menuju pendidikan yang kreatif dan berdaya saing. Bagi Pergunu pendidikan berorientasi pekerjaan hasilnya adalah pekerja-pekerja berkreasi menciptakan lapangan kerja.

“Pendidikan saat saat ini gagal, terjadi dekadensi moral pelajar, turunnya spirit pendidikan karena pengaruh narkoba. Sulit generasi muda yang menghormati lebih tua, belum lagi kekerasan,” kata Wakil Ketua Pimpinan Pusat Pergunu Rudolf Chrysoekamto di sela Rapat Kerja Nasional di Pondok Pesantren NU Al-Mansuriyah Ta’limushibyan Bonder, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat pada Sabtu (25/2).  

Ia tidak memungkiri, secara prestasi, sistem dan orientasi pendidikan yang ada di Indonesia  bisa membuahkan peserta didik yang berprestasi di tingkat internasional. Namun, bagi manusia Indonesia, hal itu saja tidak cukup. Peserta didik harus dibenahi sisi moral dan spiritualnya.

“Karena untuk membentuk manusia tidak hanya itu, prestasi, keterampilan, tanpa moral dan spiritual, bisa jadi mereka tersandung kasus hukum. Makanya pendidikan harus menyatukan semua aspek, ditambah akhlakul karimah, IQ dan ESQ-nya,” jelas pria kelahiran Jember Jawa Timur itu

Ia yakin Pergunu periode kedua dengan Ketua Umum KH Asep Saifuddin Chalim mampu mewujudkan hal itu.

“Sebuah tujuan itu harus yakin di awal, kemudian dibangun sistem mengkonkretkannya. Konket menciptakan sistem yang bertumpu pada kecerdasan diimbangi mulianya moral,” lanjutnya.  

Lebih lanjut ia mengatakan, pendidikan memang diatur negara, termasuk kurikulumnya. Namun, untuk mengubah orientasi pendidikan, Pergunu bisa bisa berimprovisasi dalam menerapkannya. Jadi, kuncinya guru yang keatif.

Untuk meningkatkan guru yang kreatif, Pergunu telah melakukan upaya langsung dengan menguliahkan ratusan guru lulsan sekolah menengah. Kemudian meningkatkan kualitas ratusan guru S1 ke jenjang S2, dan puluhan guru yang S2 ke S3.   

“Pendidikan itu memang tanggung jawa negara, tapi masyarakat juga bertanggung jawab. Sekolah itu satuan pendidikan. Sekolah bisa berinovasi dari kurikulum yang ada. Dan itu sah dan dimungkinkan,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya,setelah ada sistem pendidikan yang berhasil, seperti Pesantren Amanatul Ummah, bisa ditiru lembaga-lembaga pendidikan di lingkungan NU di daerah-daerah. Dengan demikian mengubah orietasi pendidikan Indonesia bukan hal yang tidak mungkin. (Abdullah Alawi)