Pesantren Lintang Songo Yogyakarta Ajak Santri Bangkit dari Krisis karena Covid-19
NU Online · Selasa, 4 Januari 2022 | 09:00 WIB

lokakarya Peningkatan Kualitas SDM Pesantren: Mitigasi Krisis Pascapandemi Covid-19 Berbasis Community Life Skills di Pesatren Lintang Songo, Yogyakarta (Foto: istimewa)
Kendi Setiawan
Penulis
Yogyakarta, NU Online
Para santri yang tinggal di pondok pesantren juga tidak lepas dari krisis, apalagi munculnya wabah virus Corona yang mengancam nyawa. Sebenarnya, suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu. Jika seorang mengatasi masalah itu secara efektif, maka dirinya dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis.
Persoalan itulah yang menjadi latar kegiatan lokakarya Peningkatan Kualitas SDM Pesantren: Mitigasi Krisis Pascapandemi Covid-19 Berbasis Community Life Skills di Pesatren Lintang Songo, Yogyakarta, belum lama ini dalam rilis yang diterima NU Online.
Pengasuh Pesantren Lintang Songo KH Heri Kuswanto menyampaikan betapa pentingnya integritas antara keilmuan keagamaan dengan keilmuan umum. Ia memaparkan praktik untuk mengembangkan dan memecahkan masalah krisis di pondok pesantren.
"Pendidikan yang sangat tepat ialah pendidikan yang mempunyai tiga unsur yaitu 3 H yaitu Heart, Head, Hand. Jadi ada 3H di sini yang harus dididik yaitu head atau pikir, heart yaitu dzikir, dan hand adalah skill (keahlian)," ujarnya.
Menurut Kiai Heri Kuswanto falsafah ini sangat cocok dengan Dakwah Islam Nusantara baik itu pikirnya, dzikirnya, dan skill-nya. Falsafah ini juga sudah ada sejak dulu.
Sementara itu narasumber lainnya Direktur Pusat Studi Penddikan dan Pesantren (PUSPPA)/Dosen UIN Sunan Kalijaga, A Said Hasan Basri, memaparkan aspek psikologi krisis atau klinis. Ia menjelaskan mitigasi krisis santri meliputi bagaimana menganalisis suatu krisis dengan berbagai macam teori dan pengalamannya, terutama dalam lingkup pondok pesantren dalam hal ini krisis di masa pandemi.
"Mitigasi ini sebenarnya adalah bentuk penanganan yang sustainable atau yang berkelanjutan," kata A Said Hasan Basri.
Kemudian, narasumber berikutnya Dosen UIN Sunan Kalijaga dan peneliti PUSPPA menjelaskan tentang life skill dan pemberdayaan masyarakat mencakup praktik baik keterampilan hidup pada masa kenormalan baru.
"Melihat suatu bencana dari regulasi terlebih dahulu, yaitu apa dan siapa? Menarik untuk di lihat sebenarnya, apa sih sebenarnya bencana menurut Undang-Undang, dan siapa yang terlibat aktornya di sini?" kata Rahadiyand Aditya.
Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghofur menambahkan bahwa terdapat beberapa keahlian untuk masa depan orang-orang pesantren.
"Pertama, bagaimana orang-orang pesantren mengambil peran dalam dunia kesehatan. Kedua, harus menguasai IT. Ketiga, bagaimana kita mempunyai kecakapan dalam pengembangan bisnis. Keempat, adalah terkait dengan keilmuan yang mengarah kepada penguatan atau resiliensi," paparnya.
"Gen Y/Milenial dan Gen Z/Alpha adalah generasi yang menjadi pemain dan akan terdampak perubahan peradaban dan transformasi digital di masa depan," kata Waryono Abdul Ghofur.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua