Daerah

Pesantren Tebuireng Jombang Tangani Balita Bergizi Buruk

Senin, 24 Februari 2020 | 01:15 WIB

Pesantren Tebuireng Jombang Tangani Balita Bergizi Buruk

Tim LSPT Jombang berkunjung ke Balita gizi buruk dengan layanan Piza. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Jombang, NU Online 
Masa depan Indonesia sangat ditentukan bagaimana keadaan anak bangsa saat ini. Sebelum lahir, mereka harus diperhatikan apalagi saat sudah ada di muka bumi. Penanganan yang intensif dari mulai asupan makanan dan lainnya harus diperhatikan.
 
Perhatian itu pula yang dilakukan Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng atau LSPT Jombang Jawa Timur. Yakni dengan memberikan pendampingan kepada setidaknya 7 anak di bawah lima tahun atau balita di sekitaran pesantren. Kawasan dimaksud adalah Desa Sumoyono, Kwaron, Cukir serta Seblak. Layanan dimaksud adalah Piza atau Program Peduli Gizi Balita.
 
“Ini bentuk perhatian kami kepada generasi unggul di masa mendatang,” kata Afif Abdur Rokhim, Ahad (23/2). Bahwa anak-anak yang lahir dengan usia masih belia harus mempunyai perkembangan membanggakan karena tantangan yang dihadapi di zaman yang akan datang demikian berat, lanjutnya.
 
Dalam pandangan Direktur LSPT ini, komitmen terhadap hal tersebut dibuktikan dengan berbagai aksi nyata. Dari memberikan nutrisi kepada balita bawah garis merah atau BGM, memastikan perkembangan fisik dan sejenisnya.
 
“Setiap bulan kami melakukan kontrol terhadap 7 balita yang masuk kategori BGM tersebut,” kata mahasiswa pascasarjana Universitas Hasyim Asyari (Unhasy) ini. Pemeriksaan dilakukan secara rutin tiap bulan sampai yang bersangkutan bisa memenuhi standar kesehatan layaknya anak kebanyakan.
 
Dijelaskan Afif bahwa selama dalam proses pemantauan tersebut, para balita memperoleh layanan lengkap. Dari mulai susu, makanan ringan, makanan penunjang dan nutrisi lain. Pada saat kunjungan, LSPT membawa tim kesehatan termasuk ahli gizi.
“Berat dan tinggi badan maupun kondisi fisik terus dilakukan pemantauan secara intensif. Hal itu sebagai prosedur yang memang harus dilalui agar para balita memperoleh layanan yang diharapkan,” ungkapnya.
 
Perhatian Gus Sholah
KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah saat menjadi pengasuh di Pesantren Tebuireng memiliki perhatian yang lebih terkait hal ini. Apalagi yang bersangkutan kala itu menjadi duta gizi, sehingga menjadikan perhatian kepada tetangga dan warga sekitar demikian tinggi khususnya balita.
 
“Sehingga apa yang dilakukan LSPT juga dalam rangka mendukung perhatian dan bukti kepedulian kepada warga sekitar. Karena itu, yang menjadi prioritas memang warga di sekitar pesantren,” kata Luthfia. Dan dari perhatian tersebut yang awalnya ada 7 balita BGM, akhirnya hanya menyisakan 5 anak saja, lanjutnya.
 
Dijelaskan Sekretaris LSPT ini bahwa perhatian selama penanganan balita tersebut tidak semata difokuskan kepada anak yang bersangkutan. Yang tidak kalah penting adalah lingkungan maupun faktor orang tua. 
 
“Sehingga ketika tim datang ke balita dimaksud, maka yang dilakukan tidak hanya memeriksa kondisi balita, juga mengedukasi orang tua dan keluarga yang ada akan pentingnya menjaga asupan gizi dan kebersihan lingkungan,” jelasnya.
 
Dalam pandangannya, seberapa besar perhatian LSPT bersama tim kepada anak yang dikunjungi, maka hal tersebut tentu saja tidak terlampau berpengaruh bila tidak mendapat dukungan dari keluarga dan lingkungan. Karenanya, kala tim hadir, maka komunikasi dijalin agar perhatian yang sama bagi perkembangan balita juga diberikan keluarga.
 
Apalagi diceritakan Luthfia yang pernah ikut dalam kunjungan bersama tim, maka realita yang didapatkan di lokasi balita tersebut cukup memprihatinkan. Dari mulai kondisi rumah yang sempit, demikian pula ventilasi udara kurang memperoleh perhatian, hingga keadaan sekitar yang kurang bersih. Apalagi di keluarga tersebut memang tidak memiliki pemasukan yang dapat diandalkan. 
 
“Aneka problem tersebut kita musyawarahkan bersama, bahkan dengan mengajak tetangga sekitar untuk turut memberikan masukan sekaligus menitipkan agar warga memberikan perhatian yang sama. Karena kalau hal ini dapat terbangun, maka separuh masalah yang melilit balita dimaksud dapat segera teratasi dengan baik,” jelasnya.
 
Secara khusus almarhum Gus Sholah memberikan perhatian kepada hal ini. Keberadaan LSPT dengan tim kesehatan dapat diandalkan untuk bisa menyelsaikan problem gizi buruk yang dialami sejumlah balita tersebut. 
 
“Karena memang beliau saat itu menjadi duta gizi, dan hingga menjelang wafat tetap memberikan perhatian,” pungkasnya.  
 
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Syamsul Arifin