Daerah

Pola Berulang Banjir Semarang, LPBINU: Pemkot Harusnya Bisa Antisipasi

Selasa, 3 Januari 2023 | 07:00 WIB

Pola Berulang Banjir Semarang, LPBINU: Pemkot Harusnya Bisa Antisipasi

Relawan membersihkan pepohonan yang tumbang di jalanan kota Semarang yang terendam banjir. (Foto: NU Online Jateng)

Jakarta, NU Online

Banjir melanda Kota Semarang, Jawa Tengah setelah diguyur hujan selama hampir delapan jam pada Sabtu (31/12/2022) lalu. 


Hujan deras tersebut menyebabkan sebagian besar kawasan terendam seperti jalan protokol. Tak hanya itu, banjir juga menggenangi pemukiman warga.


Selain menutupi ruas-ruas jalan, banjir di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah tersebut juga menggenangi Stasiun Kereta Api Semarang Tawang sehingga mengganggu perjalanan dan menunda keberangkatan para pelanggan.


Menurut Wakil Ketua Lembaga Perubahan Iklim dan Penanggulangan Bencana Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU), Maksut Candranegara, kejadian banjir kota Semarang bukanlah kali pertama terjadi. Sebelumnya pada awal tahun 2021, kota Semarang juga terendam banjir. 


"Kejadian banjir di Kota Semarang terjadi hampir setiap tahun terutama akhir tahun seperti saat ini, kejadian serupa terjadi pada Februari 2021," ucap Maskut dihubungi NU Online pada Senin (2/1/2023) malam. 


Kejadian banjir tersebut, tambah Maskut, harusnya dapat diantisipasi oleh pemangku kebijakan setempat, mengingat polanya yang berulang. 


"Pemerintah Kota Semarang mengantisipasi seperti membangun tanggul sepanjang pantai utara, tentu saja banjir dapat diatasi," jabarnya.


Maskut menjelaskan, faktor penyebab banjir yang terjadi di kota Semarang adalah hujan lebat disertai angin kencang bersamaan dengan tingginya gelombang pasang air laut sejak beberapa hari terakhir.


"Hal tersebut mengakibatkan sebagian Kota Semarang terendam banjir," ucap Maskut.


Sementara itu, hujan deras di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah tersebut tersebut juga menyebabkan beberapa kejadian bencana banjir, serta gelombang tinggi di Kota Semarang.


"Selain banjir Kota Semarang disebabkan hujan lebat, karena pola perubahan garis pantai kota Semarang dan sekitarnya merupakan salah satu wilayah pesisir yang cukup dinamis," terangnya.


Pola perubahan garis pantai tersebut menunjukkan keseimbangan laju penambahan dan pengurangan daratan di sepanjang pantai Kecamatan Sayung hingga pantai Kota Kendal dengan kecenderungan laju abrasi di bagian timur Kota Semarang.


Maka itu, LPBI PBNU mengimbau masyarakat untuk tetap waspada menghadapi cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia.


"Pesan dari LPBI PBNU, apabila tidak terlalu urgen, sebaiknya jangan keluar rumah atau melakukan aktivitas di luar rumah selama cuaca ekstrem masih berlangsung belakangan ini," tutupnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Kendi Setiawan