Dalam kesempatan itu, Anis Sholeh Baasyin langsung mengingatkan bahwa kedatangan Kanjeng Nabi menjadi salah satu rahmat. Karena datangnya Rasulullah adalah untuk mempersatukan.
Yang banyak disalahpahami orang, demikian jelas Anis, mempersatukan itu tidak sama dengan menyeragamkan; mempersatukan itu secara substansial berarti merangkum keragaman yang ada dalam satu ikatan yang kuat dan saling medukung.
“Sedangkan zaman jahiliyah itu jelas masyarakatnya terpecah belah, karena sejatinya mereka tidak bisa menjaga keragaman dan menganggap perbedaan sebagai potensi permusuhan. Sekarang masalahnya: setelah kedatangan kanjeng Nabi kita malah mau terpecah belah lagi dan cenderung kembali menganggap perbedaan sebagai perseteruan?” kritiknya memulai bahasan sebagaimana disampaikan siaran tertulis.
Anis pun lantas mengutarakan keprihatinannya, di zaman sekarang ini dimana antarkelompok saling bermusuhan, bahkan meski satu kelompok pun seringkali justru saling menikam.
Persoalan hoaks atau kabar bohong pun turut disinggung Anis. Dia melihat hoaks sengaja disebarkan untuk mengacaukan. Dengan begitu masyarakat justru akan kehilangan fokus pada esensi utama masalahnya.
“Maka dari itu jangan menghukumi atas sesuatu yang kamu tidak tahu. Banyak persoalan lokal yang seharusnya bisa diselesaikan di tingkat lokal tapi menjadi tak terselesaikan lantaran dibesar-besarkan,” tegasnya.
Anis juga mengingatkan akan bahayanya golongan orang yang mengetahui agama namun memanfaatkan serta memanipulasinya untuk kepentingan politik. Ada yang sengaja memakai baju agama untuk kepentingan politik.
“Harus hati-hati, karena memang model seperti itu selalu saja ada. Maka dari itu mari banyak belajar agar tidak mudah dimanfaatkan oleh kelompok tak bertanggung jawab tersebut,” imbuhnya.
Tak hanya itu, penggagas suluk Maleman itu pun mengajak agar umat untuk tetap berpegang pada tali Allah dan jangan bercerai berai. Dia juga mengajak untuk terus meneladani kanjeng Nabi. Karena kanjeng Nabilah yang mampu menghubungkan kita dengan Allah.
“Jangan pernah menyimpan dendam. Karena dendam adalah bentuk ketidakpercayaan pada Tuhan. Dengan memilih mendendam kita juga menganggap bahwa segala yang tindakan di dunia ini tidak ada balasannya dari Allah,”terangnya.
Selain pengajian budaya, ratusan masyarakat yang datang pun diajak untuk bershalawat. Suasana pun terlihat khidmat hingga berakhirnya sekitar pukul 01.00 Ahad (22/12).
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua