Daerah

Tak Cukup Kuasai Pengetahuan Agama, Santri Perlu Jihad di Medsos

Senin, 14 Oktober 2019 | 10:00 WIB

Tak Cukup Kuasai Pengetahuan Agama, Santri Perlu Jihad di Medsos

Ketua Panitia Hari Santri, H Jauharuddin Alfatih (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Puluhan santri di Kabupaten Jombang, Jawa Timur dibimbing untuk bisa jihad di media sosial (medsos) melalui Pelatihan Santri Desain, Ahad (13/10) di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Diwek, Jombang. Jihad kategori ini dimaknai dengan memerangi konten-konten hoaks, kebencian dan sejenisnya. 
 
Pada rangkaian kegiatan Hari Santri ini, santri dituntut tidak semata bisa menguasai bidang keagamaan, pada perkembangan teknologi seperti sekarang santri juga harus bisa mewarnai berbagai macam media sosial yang ada, seperti facebook, instagram, dan lain sebagainya.
 
"Santri diharap mampu mengimbangi perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang. Dalam hal ini adalah jihad di media sosial," kata Ketua Panitia Hari Santri, H Jauharuddin Alfatih di tempat acara.
 
Jihad ini menurut pandangannya selaras dengan imbauan petunggi NU yang dilayangkan beberapa waktu terakhir. Kondisi media sosial belakangan cukup memprihatinkan, lantaran masih banyak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang justru kerap menebar kebencian. Tak hanya itu beragam konten hoaks juga menjadi hidangan setiap harinya.
 
"Untuk itu kegiatan penting semacam ini menjadi follow-up dari seruan jihad medsos yang dikeluarkan para pimpinan NU beberapa waktu lalu," jelas Pengasuh Pesantren Al-Ghazali Bahrul Ulum Tambakberas ini.
 
Pria yang juga Kabid Humas Yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum ini menambahkan, situasi itu harus mulai menjadi perhatian para santri. Dan pergerakannya juga harus didukung baik oleh pihak pesantren sendiri maupun pihak lainnya. 
 
Dengan begitu, kemampuan dan kecakapan dalam dunia desain grafis juga produksi konten video akan terwujud, sehingga mereka bisa memenuhi media sosial dengan konten-konten bermanfaat.
 
Yang perlu dijaga dalam jihad di media sosial adalah keistiqamahan. Santri dituntut harus produktif dan inovatif dalam membuat desain grafis, begitu juga dengan konten video. 
 
Memang, lanjut Gus Rudin sapaannya, butuh perjuangan dalam jihad ini. Yang pasti santri hendaknya bisa mengatur waktu, antara ngaji, sekolah dan waktu untuk menyebarluaskan konten-konten mendidik dan menarik di berbagai media sosial.
 
"Santri-santri desainer diharapkan menjadi tim pemasaran sekaligus pramusaji terlatih yang mampu menghidangkan makanan bermutu dengan penampilan yang memikat," ungkapnya.
 
Hadir sebagai peserta pelatihan para santri yang berasal dari lintas pesantren dan madrasah di Jombang. Mereka mengikuti sejak pagi hingga sore. Berbagai macam menteri desainer disampaikan pemateri dengan sistematis.

Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Abdul Muiz