Mbah Hasan yang mengetahui hal tersebut bergegas mengambil cangkul dan menguburkan beras yang berwarna kuning ke dalam tanah, beras tersebut berubah menjadi emas. Mbah Hasan berdoa, memohon pada Allah bahwa yang dibutuhkan bukanlah emas, melainkan keturunan yang shalih.
"Dari tirakat Mbah Hasan dan istrinya, lahirlah Alwi (nama kecil Mbah Usman). Saat Mbah Usman remaja, beliau dititipkan ke pesantren yang diasuh Mbah Soichah. Mbah Usman yang tumbuh menjadi pemuda alim dan pandai ini akhirnya diambil menantu Mbah Soichah," tuturnya.
Kisah di atas menunjukkan bahwa untuk menjadi orang hebat dibutuhkan ikhtiar dan doa kepada Allah. Misalnya puasa, shalat malam, dan ibadah-ibadah lainnya yang membuat semakin dekat dengan Allah.
Kiai Fathullah lalu berpesan, sebagai calon generasi, jangan hanya sebagai penonton, jadilah pelaku yang hebat. "Jangan sampai dikalahkan teknologi, tapi manfaatkan teknologi. Oleh karena itu, belajarlah dengan sungguh-sungguh selagi masih ada kesempatan waktu," katanya.
Kegiatan siraman rohani diakhiri dengan tanya-jawab berhadiah. Kiai Fathullah memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik SMP Islam Al Madinah. Bagi peserta didik yang berhasil menjawab pertanyaan, kemudian diberi hadiah.
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua