Daerah

Wakil Rais NU Jateng: Hujan adalah Rahmat yang Luar Biasa

Selasa, 7 Januari 2020 | 02:30 WIB

Wakil Rais NU Jateng: Hujan adalah Rahmat yang Luar Biasa

Suasana mendung yang berpotensi hujan. (Foto: NU Online/Mufid)

Sukoharjo, NU Online
Dalam sebuah kesempatan pengajian khataman al-Qur’an bulanan di Persantren Al-Muayyad Windan yang berada di kawasan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, KH Dian Nafi’ menjelaskan makna hujan. 
 
Dalam pandangan Wakil Rais Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah tersebut, memasuki awal tahun ini Indonesia berada pada fase musim penghujan dimana curah hujan di berbagai daerah begitu tinggi. Hal tersebut tentunya menimbulkan berbagai manfaat, yang tidak hanya dirasakan manusia namun juga bagi tumbuhan serta hewan yang tinggal di bumi. 
 
“Manfaat yang dapat dirasakan manusia antara lain banyaknya persediaan air untuk memenuhi kebutuhan mandi dan minum. Selain itu dengan hujan, kebutuhan hidup hewan dan tumbuhan di bumi juga tercukupi,” katanya, Ahad (5/1).
 
Manfaat hujan yang luar biasa ini menandakan besarnya rahmat Allah yang diberikan kepada makhluk hidup di bumi melalui terpenuhinya kebutuhan air di seluruh aspek kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. 
 
Dirinya menjelaskan adanya hujan merupakan rahmat Allah yang besar yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an, surat Al-Anfal ayat 11 yang artinya: (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).
 
Kiai Dian, sapaan akrabnya menjelaskan bahwa ayat ini menjelaskan 2 hal pokok. 
 
“Yang pertama adalah soal nikmat kantuk yang diberikan Allah kepada manusia untuk ketentraman dan rasa aman, serta yang kedua adalah rahasia di balik hujan yang bermanfaat luar biasa bagi manusia,” ungkapnya. 
 
Asbabun nuzul atau penyebab tururnnya ayat ini sendiri adalah ketika terjadinya perang Badar. Bahwa ketika itu, kaum Muslimin sangat kelelahan dan setan telah memasukkan rasa marah ke dalam hati mereka sembari berbisik ‘Kalian mengaku, bahwa adalah para kekasih Allah, di tengah kalian ada Rasul-Nya, tetapi orang musyrik telah mengalahkan kalian dalam menguasai air dan kalian shalat dalam keadaan junub. 
 
“Maka Allah menurunkan hujan deras kepada mereka, lalu kaum Muslimin bisa minum dan bersuci,” jelasnya. 
 
Karena itulah, Pengasuh Pesantren Al-Muayyad Windan ini menjelaskan bahwa hujan sesuai surat Al-Anfal ayat 11 memiliki hikmah sebagai penyurut gangguan setan serta meneguhkan hati manusia.
 
Selain penjelasan surat Al-Anfal ayat 11 tersebut, Kiai Dian juga menambahkan penjelasan terkait keistimewaan hujan yang tertera di dalam kitab An-Nawadir karya Imam Qulyubi. 
 
“Keistimewaan hujan dalam kitab tersebut diceritakan melalui kisah para Khulafaur Rasyidin yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shidiq, Sayyidina Umar bin Khattab, Sayyidina Utsman bin Affan dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang begitu memanfaatkan khasiat air hujan,” terangnya. 
 
Khulafaur Rasyidin tersebut percaya air hujan memiliki khasiat yang luar biasa, sehingga ditampung untuk keperluan minum. 
 
“Namun, sebelum air hujan tersebut diminum, sesuai keterangan dalam kitab An- Nawadir, para khulafaur rasyidin membacakan air hujan dengan bacaan ayat kursi, surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas masing-masing 70 kali,” pungkasnya. 
 
 
Kontributor: Aldi Rizki Khoiruddin
Editor: Ibnu Nawawi