Daerah

Wali Kota Pekalongan Berharap Pimpinan IPNU-IPPNU Baru Bisa Jaga Soliditas

Senin, 14 Oktober 2019 | 00:30 WIB

Wali Kota Pekalongan Berharap Pimpinan IPNU-IPPNU Baru Bisa Jaga Soliditas

Kabag Kesra Pemkot Pekalongan, Yos Rosyidi, saat berbicara pada Konfercab IPNU-IPPNU di SMAN 4 Pekalongan, Sabtu (12/10). (Foto: NU Online/Muiz)

Pekalongan, NU Online
Wali Kota Pekalongan Jawa Tengah, HM Saelany Mahfudz, berharap kepada peserta Konferensi Cabang (Konfercab) ke-26 Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Pekalongan bisa melahirkan pemimpin yang bisa menjaga soliditas.
 
“Ini perlu saya sampaikan dengan harapan dapat memperkuat soliditas organisasi di masa yang akan datang,” pesan Wali Kota yang dibacakan oleh Kabag Kesra Pemerintah Kota Pekalongan Yos Rosyidi pada pembukaan Konfercab ke-26 IPNU-IPPNU Kota Pekalongan di SMA Negeri 4, Pekalongan, Sabtu (12/10) malam.
 
Dikatakan, solidnya organisasi kepemudaan seperti IPNU-IPPNU dapat dijadikan tulang punggung negara untuk membentengi negara dan bangsa dari berbagai potensi ancaman baik yang datang dari luar maupun dalam negeri.
 
“IPNU-IPPNU sebagai salah satu untur organisasi kepemudaan dengan latar belakang pendidikan yang memadai diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran yang positif kepada pemerintah Kota Pekalongan maupun kepada masyarakat,” tegasnya.
 
Wali Kota yang juga Wakil Ketua PCNU Kota Pekalongan periode 2002-2007 berpesan kepada IPNU-IPPNU agar momentum Hari Santri 2019 ini dapat dimanfaatkan untuk mengisi kegiatan yang positif.
 
“Manfaatkan Peringatan Hari Santri sebagai ajang menempa karakter ke-NUannya yang cinta Tanah Air, cinta perdamaian, menebar kasih sayang, dan menghargai kebinekaan yang selama ini telah diwujudkan bersama,” pungkasnya.
 
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan, H Muhtarom mengatakan, akhir-akhir ini sering kita saksikan dan dengarkan situasi bangsa yang didukung oleh para elit tidak nyambung antara satu dengan lainnya.
 
“Bukan persoalan politik sebenarnya. Akan tetapi, ada sesuatu yang sangat prinsip. Ada warga yang status sosialnya tinggi, namun nalarnya pendek. Ada something wrong, yang diakibatkan oleh cara berfikirnya yang keliru,” ujarnya.
 
Dikatakan, ada sesuatu yang salah dalam konstruksi berfikir. Saat ini agama dijadikan gaya hidup, bukan sebagai tuntunan dan pedoman. Orang ke sana ke mari yang dibicarakan soal agama, terutama di media sosial, ini fenomena aneh.
 
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori