Lumajang, NU Online Jatim
Sedikit banyak ilmu yang didapatkan seseorang ketika belajar akan menjadi berguna jika mendapat berkah. Keberkahan ilmu tersebut tentu bisa diraih dengan usaha keras yang di antaranya adalah selalu menjaga ucapan dan sikap terhadap seorang guru.
Hal itulah yang menjadi pembahasan utama KH Ahmad Qusyairi, Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang. Hal tersebut disampaikan saat ngaji kitab Adabul 'Alim Wal Muta'allim karya Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari di studio Media Center An-Nahdloh (MCN), Jumat (24/06/2022).
"Jadi jangan sampai ketika guru menjelaskan kemudian murid menanyakan alasannya, bilang tidak setuju dengan guru, kemudian mempertanyakan riwayatnya dari mana. Jangan seperti itu,” katanya.
Dijelaskan kiai kelahiran Banyuwangi ini bahwa seorang murid harus menerima dan yakin kepada gurunya.
Kiai Qusyairi mengatakan, di hadapan seorang guru lebih baik murid tidak banyak bicara. Dirinya mencontohkan apa yang pernah disampaikan almarhum Kiai Maimoen Zubair mengenai seseorang yang memegang uang di bulan April maka akan memiliki uang di bulan-bulan lainnya selama satu tahun.
"Yang begitu itu tidak usah bertanya dasarnya mana, dalilnya apalah. Karena beliau-beliau itu juga menyampaikan itu tentunya sesuai dengan apa yang beliau ketahui dan bahkan yang sanadnya bersambung dengan gurunya," tegas Kiai Qusyairi.
Saat menjadi murid, ujar Kiai Qusyairi, demi mendapat keberkahan ilmu seseorang harus melepaskan kemuliaannya. Di hadapan seorang guru, dia harus menampakkan kerendahan diri dan kebodohan. Termasuk menunjukkan gestur tubuh yang melegakan sang guru.
"Meskipun pelajaran yang disampaikan sudah dia hafal atau sudah dipelajari, seorang murid harus tetap mendengarkannya dengan seksama dengan wajah yang seolah-olah dia belum pernah mempelajarainya," ungkap Kiai Qusyairi.
Bahkan, jika menemui kejanggalan dan ketidakjelasan atau bahkan kesalahan dari keterangan guru hendaknya murid ketika menanyakan harus tetap menggunakan bahasa dan sikap yang halus. Pastikan tidak menyinggung perasaan guru.
"Jangan protes, merasa kita sok pintar, harus merasa kita tetap di bawah ilmu guru kita,” tegasnya. Juga ketika ditanya guru jangan hanya menjawab singkat seperti ya, tidak layaknya orang malas menjawab, lanjutnya.
Dan yang harus dihindari juga adalah memotong pembicaraan guru. Berbicara sendiri dengan orang lain saat guru berbicara kepadanya dan mendahului atau menyela ucapan guru. Yang sangat dihindari adalah membandingkan penjelasan guru dengan keterangan guru lain. Hal itu lagi-lagi dimaksudkan agar murid menjaga perasaan guru.
"Terus menyebabkan hati guru merasa tidak enak yang kemudian berdampak kepada kemanfaatan dan keberkahan ilmunya. Mudah-mudahan dengan akhlak baik ini kita bisa mendapat keberkahan ilmu," tandasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua